Gus Muhaimin Iskandar Gelar Safari Hari Santri Nasional di Banten

 

SERANG – Provinsi Banten menjadi provinsi pertama menjadi tempat Safari Panglima Santri, Gus Muhaimin Iskandar dan rombongan. Kedatangan Wakil Ketua MPR RI itu memperingati Hari Santri Nasional Tahun 2022, Sabtu 15 Oktober 2022.

Gus Muhaimin memulai safarinya ke Ponpes Mathlaul Anwar Li Nahdlotil Ulama (Malnu) Menes, Kabupaten Pandeglang dengan mengukuhkan Laskar Santri Indonesia.

Malam harinya, Gus Muhaimin bersamaan rombongan dengan merayakan Maulid Nabi di Halaman Masjid Kesultanan Banten, Kota Serang.

Ketua Umum DPP Partai Kabangkitan Bangsa (PKB) itu dalam Safari Hari Santri Nasional didampingi Sekretaris Jenderal DPP PKB Hasanuddin Wahid, Menteri Tenagakerja Ida Fauziyah, Anggota Komisi III DPR RI Mohammad Rano Alfath, Ketua DPW PKB Provinsi Banten Ahmad Fauzi dan lainnya.

Banten menjadi salah daerah pertama pelaksanaan Safari karena di Menes, Kabupaten Pandeglang memiliki sejarah dalam perjalanan Nahdlatul Ulama (NU). Di sana, merupakan tempat Muktamar NU pada Tahun 1938.

“Safari Hari Santri Nasional Tahun 2022 ini dilakukan di Pulau Jawa. Mulai di Pandeglang, Kesultanan Banten, besok pagi di Kresek. Siang di Bogor, lanjut ke Yogyakarta,” ujar Gus Muhaimin usai menghadiri acara di Kesultanan Banten, Kasemen, Kota Serang.

Safari Hari Santri Nasional Tahun 2022 ini dilaksanakan untuk merapatkan barisan, untuk maju bersama. Menurutnya, proses panjang sebagai santri tak lepas dari cobaan hidup sehingga santri harus bersatu untuk bahagia dan sejahtera.

“Ada pandemi, ada resesi ekonomi, berbagai negara menghadapi kesulitan Krisi energi dan pangan. Kalau kita bershalawat, Indonesia akan selamat, aman semuanya,” katanya.

Menurutnya, Indonesia bisa keluar dari Pandemi Covid-19 karena memiliki kekuatan. Yaitu, pemerintah yang bertanggungjawab dan sungguh-sungguh bekerja, didukung oleh para pemimpin umat, para kyai dan ulama. Kemudian, masyarakat bahu membahu, berpartisipasi dan mendukung penuh.

“Kita tidak bisa berpangku tangan, kita tidak bisa diam, selagi ada kesempatan mengabdi dan berbakti, tidak ada kata mundur untuk pengabdian terbaik bagi negeri ini,” terangnya.

“Oleh karena itu mari, kita rapatkan barisan, kepada para santri, belajar yang benar dan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, para santri di seluruh negeri. Mari kita songsong masa depan yang lebih adil, lebih makmur dan sejahtera,” katanya.

Gus Muhaimin menjelaskan, negara tidak akan lalai dan abai pada kemajuan dan kesejahteraan pesantren dan santri. Kata dia, melalui Hari Santri Nasional momentum untuk para santri dan pesantren terus maju.

“Oleh karena itu, kalau santri Indonesia maju, kalau santri Indonesia makmur, maka bangsa Indonesia tentu saja akan makmur. Sehingga negara, pemerintah, tidak boleh abai, lalai,” katanya.

“Kemudian, secara konstitusi negara pemerintah harus wajib mendorong, menciptakan, menguatkan pesantren dan santri santrinya, untuk maju, mandiri dan kuat menjadi bagian dari bangsa yang maju dan sejahtera ini,” tambah Gus Muhaimin.

Tak hanya itu, menurut Muhaimin, makna santri saat ini tak terlepas dari tiga kesucian santri yang sejak dahulu hingga kini terus terjaga. Yaitu, suci pikiran, suci hari dan suci prilaku atau akhlak.

“Siapapun dia, yang secara ikhlas dan tulus menjadi bagian pengajaran dari pendidikan dan keutamaan akhlak, itulah santri. Dan Insya Allah mayoritas dari bangsa ini adalah santri,” terangnya.

Gus Muhaimin pun mencontohkan dirinya dan beberapa tokoh yang mengawali karirnya dari santri. Yaitu, Gus Miftah dan Menaker Ida Fauziyah dimana mengalami masa-masa sulit mengikuti berbagai perjuangan NU, perjuangan Ahlu sunnah wal jamaah hingga sampai era reformasi.

“Begitu reformasi, semua terbuka luas, bisa berpartisipasi, bisa berkiprah, di dunia pemerintahan, legislatif, eksekutif dan berbagai profesi, dengan demokrasi itu maka terbuka luas, siapapun yang berkualitas,” katanya.

“Maka, dia akan bisa menentukan dan menjadi pemenang di negeri ini. Karena itu, kita canangkan Hari Santri Nasional sebagai hari santri Indonesia harus bermutu dan berkualitas,” imbuh Gus Muhaimin. (*/Faqih)

Comments (0)
Add Comment