Ini Makna Hari Sumpah Pemuda Menurut Akademisi Banten

SERANG – Hari Sumpah Pemuda bukan hanya perayaan semata, tapi juga sebuah sejarah yang mengandung makna dan harus dipetik hikmah untuk keberadaan sampai saat ini, ada tiga point yang menjadi sorotan akademisi Banten terkait refleksi sumpah pemuda.

Point pertama sumpah pemuda adalah mereka para pemuda mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Saat ini, Indonesia yang sudah merdeka 76 tahun seolah terpecah karena perbedaan pilihan politik. Pemuda Indonesia saat ini harus kembali kepada marwah Sumpah Pemuda yang telah menjadi tonggak persatuan dalam memerdekakan Indonesia.

Point kedua sumpah pemuda adalah mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan bangsa multikultural yang terdiri dari berbagai ras, suku bangsa, agama dan bahasa. Keberagaman ini terjalin dalam satu kesatuan bangsa yang utuh dan berdaulat. Keberagaman Indonesia juga tidak lepas dari tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu jika saat ini para pemudanya mulai berpecah dan berbeda pandangan dalam konsep berbangsa dan bernegara, maka hal ini akan memudahkan paham lain masuk dan kemudian menjadikan bangsa ini tercerai berai.

Point ketiga sumpah pemuda yang sama-sama menjunjung bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia, haruslah terus disosialisasikan dan ditanamkan dalam diri para pemuda bangsa ini. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan harus kembali digunakan dengan baik dan benar. Ketika bermusyawarah, kemudian terjadi silang pendapat, bahasa Indonesia harus digunakan untuk menyatukan perbedaan yang terjadi. Jika dulu para pemuda yang mengusung kedaerahan saja bisa bersatu dengan persatuan, bahasa Indonesia, maka saat ini juga pasti bisa.

Hal itu dikatakan Akademisi Banten yang juga trainer dan motivator yang menaungi Oemah Move On, Indra Martha Rusmana yang turut serta fokus dalam masalah bimbingan kepemudaan.

Menurut Kang Indra sapaan akrabnya, pemuda memiliki darah yang mengalir deras, semangat masih menggebu dan bergelora, serta pikirannya masih jernih dan penuh dengan ide-ide yang cemerlang. Oleh karena itu, pantaslah jika dikatakan bahwa Pemuda adalah pemilik masa depan, mereka memiliki ide besar membawa perubahan, sementara orang-orang tua membawa masa lalu.

“Pemuda diharapkan tidak melupakan masa lalu demi perbaikan masa depan, karena sejarah harus terus dipelajari agar kita tidak jatuh ke lubang yang sama dan kemudian hancur berkeping tanpa sisa,” ujarnya Kepada Fakta Banten, Jumat, (29/10/2021).

“Kita juga sebagai Pemuda harus ingat, bahwa sejarah akan berulang, dan pastikan bahwa sejarah bukan terulang dalam diri kita sebagai generasi penerus dan pewaris negeri,” imbuhnya.

Lebih lanjut Indra menjelaskan ada tiga yang harus dilakukan sebagai memuda untuk menjalankan amanat persatuan yang telah ditegaskan dalam Kongres Pemuda II kemudian menghasilkan Sumpah Pemuda, bahwa pemuda harus sadar, sabar dan benar.

“Kita harus sadar bahwa kehidupan terus berjalan dan pasti yang lama akan tergantikan dengan yang baru, begitu juga kepemimpinan sebuah negeri, pasti berganti. Oleh karena itu pemuda harus sadar akan hal itu, bersiaplah,” katanya.

Yang kedua menurut Indra jadi pemuda harus sabar dalam berproses. Tidak ada hal di dunia ini yang terjadi tanpa melalui sebuah proses. Sebagai pemuda harus memahami bahwa tidak ada yang instan, bahkan mie instan pun melalui berbagai proses untuk dinikmati.

“Kita harus benar dalam segala hal, benar jalannya, benar caranya, dan benar dalam menerima hasilnya. Pemuda yang benar adalah dambaan masa depan negeri ini. Kebenaran adalah hal yang harus diperjuangkan,” bebernya.

“Mengapa Indonesia dapat merdeka? Karena niat dan jalan kita benar. Kemerdekaan yang kita peroleh bukanlah hadiah dari penjajah. Namun hasil dari para pendahulu kita membela yang benar,” pungkasnya. (*/Ihsan)

Comments (0)
Add Comment