SERANG – Kebijakan pemerintah ugal-ugalan menaikan uang kuliah tunggal (UKT) menuai banyak kritik dan juga keluhan dari kalangan mahasiswa.
Tindakan tersebut dianggap mempersempit kesempatan masyarakat ekonomi rendah untuk bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.
Ketua DEMA UIN SMH Banten Bagas Yulianto, mengungkapkan bahwa kenaikan UKT membuatnya khawatir banyak mahasiswa yang tak bisa melanjutkan kuliah.
“Sebab, kenaikan UKT tentu akan membuat mahasiswa yang berasal dari keluarga ekonomi menengah kebawah dengan ekonomi rendah, kesulitan memenuhi biaya perkuliahan,” ujarnya kepada Fakta Banten, Jumat, (24/5/2024).
Ia menyebut, polemik kenaikan uang kuliah tunggal (UKT) tidak hanya terjadi di kampus negeri di bawah Kementerian Agama (Kemenag).
“Tapi, juga di bawah kampus negeri di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek),” lanjutnya.
Lanjut ia menjelaskan, kenaikan UKT di kampus Kemenag yang cukup mencolok terjadi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
“Kenaikan UKT UIN Ciputat itu hampir terjadi di seluruh fakultas atau jurusan. Tidak hanya itu, kenaikan UKT juga terjadi di setiap kelompok atau golongan UKT. Ini yang menjadi ketakutan mahasiswa UIN SMH Banten untuk ke depannya, karna tidak bisa dipungkiri gimana sistem pendidikan dan biaya di UIN SMH Banten ke depannya,” pungkasnya. (*/Red)