SERANG – Aktifis Mahasiswa menyebut DPRD Banten menghamburkan anggaran dilihat setelah membeli mobil mewah Pajero sport untuk ambulans, memasang batu fosil yang harganya fantastis, renovasi pagar dan gedung dengan nilai Rp 1,9 Miliar lebih serta pembangunan gedung arsip yang memakan biaya Rp 6 miliar ditambah rehab ruang fraksi DPRD Banten yang menelan anggaran Rp 4 Miliar itu merupakan tindakan yang boros dan terkesan menghamburkan anggaran.
“Dilihat dari urgensinya, unit ambulans tidak perlu mewah dan juga sebelumnya kan DPRD memiliki unit ambulan, terus juga pengadaan batu fosil dengan dalih peningkatan UMKM merupakan omong kosong belaka, dimana pengadaan ini bertujuan untuk menciptakan nilai mewah di kantor DPRD provinsi Banten,” ungkap Aktivis Mahasiswa Abroh NF kepada wartawan Sabtu (1/7/2023).
Ia menilai dimana tidak ada pembuktian rencana yang jelas dalam upaya peningkatan UMKM di Banten, lalu kemudian renovasi pagar dengan dalih pemeliharaan.
“Pemeliharaan itu contoh misalnya kalau ada pagar ada yang patah nanti di las, ada tembok yang misalnya belah-belah berarti disemen itu makna pemeliharaan menurut saya, atau misalnya catnya sudah kusam kemudian di cat ulang,” ungkapnya.
Menurut Abroh dari persoalan ini kita bisa melihat dan juga mendeskripsikan bagaimana watak boros serta terkesan menghamburkan anggaran dari DPRD provinsi Banten ini.
“Bukan hanya itu banyak sekali hal-hal boros yang dilakukan oleh DPRD provinsi Banten selama periode ini seperti pengadaan baju batik yang memakan anggaran miliaran dan juga renovasi drainase yang memakan anggaran miliaran,” ucapnya.
“Dari situ tidak ada nilai urgensi serta tidak efisien, seharusnya anggaran yang fantastis itu digunakan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat di Banten,” jelasnya.
Dikatakan Abroh, itu semua menjadi pertanyaan besar, bagaimana dengan kinerja dari wakil rakyat provinsi Banten? Apakah berbanding lurus dengan puluhan miliar anggaran yang telah digelontorkan untuk memenuhi berbagai fasilitas yang mereka butuhkan?.
“Kita lihat bagaimana kemunduran dan tidak balancenya kehidupan masyarkat di Banten dengan watak pemerintah legislatif yang boros, Tercatat setidaknya sekitar 154 ribu orang masuk dalam kategori kemiskinan ekstrem,” ujarnya.
“Kemudian tingkat penganggurannya nomor satu se-Indonesia tercatat jauh di atas nasional yakni 7,97 persen, lalu di sektor kesehatan misalnya Kasus Kematian Ibu dan Bayi di Banten Masih Tinggi, Angka gejala gizi buruk dan stunting yang semakin tinggi, fenomena warga Banten menandu pasien yang hendak berobat ke rumah sakit, diakibatkan masih banyak masyarkat yang tidak memiliki fasilitas kesehatan seperti mobil ambulan dan lain-lain,” paparnya.
Masih kata Abroh, Belum lagi di sektor pendidikan menjadi permasalahan masyarakat yang sampai sekarang tidak terselesaikan.
“Persoalan pendidikan di Banten, selalu menjadi sorotan, seperti hampir 50% bangunan tidak layak pakai masih dijadikan rumah belajar, apalagi bangunan sekolah yang hampir mirip dengan kandang ayam masih ada di setiap pelosok desa,” tutupnya. (*/Fachrul)