SERANG – Di era digital yang semakin maju, media sosial memang menjadi sarana utama bagi masyarakat dalam memperoleh informasi dengan cepat.
Namun, menurut Sekretaris Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Banten, Fahdi Khalid, media sosial juga menjadi saluran yang paling sering menyebarkan informasi hoaks.
“Memang masyarakat sekarang lebih mengutamakan menyampaikan informasi kepada media sosial. Ini tidak bisa terbantahkan. Bahkan, media sosial sekarang bisa mengalahkan media pers dalam hal kecepatan penyebaran informasi. Tetapi, kita harus catat bahwa belum tentu media sosial mendapatkan kepercayaan dari masyarakat terkait informasi,” ujar Fahdi usai Konferensi Kerja PWI Kota Cilegon di Anyer, Serang, Sabtu (8/11/2024).
Ia menjelaskan bahwa media sosial rentan menjadi sumber hoaks karena kurangnya proses verifikasi informasi.
“Informasi dari masyarakat apapun bisa langsung masuk ke media sosial tanpa cek dan ricek terlebih dahulu, sehingga banyak informasi yang belum terverifikasi tersebar begitu saja. Tapi kalau informasi masuk kepada wartawan, tidak demikian. Wartawan pasti menyaring dulu, melakukan klarifikasi, dan cek fakta kebenarannya,” tambahnya.
Fahdi juga mengimbau masyarakat agar tidak sepenuhnya bergantung pada media sosial sebagai sumber informasi.
Menurutnya, mengakses media pers atau media massa untuk mencari informasi yang akurat dan terverifikasi menjadi penting.
“Kami mengajak masyarakat untuk merujuk kepada media massa sebagai sumber utama informasi dan klarifikasi. Jika sebuah informasi sudah naik di media pers, kemungkinan besar informasinya telah melalui verifikasi yang ketat, sehingga risiko hoaks sangat kecil,” tegasnya.
“Media massa memiliki proses penyaringan informasi yang lebih ketat dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga masyarakat bisa lebih yakin akan kebenaran informasi yang mereka peroleh dari media pers,” tutup Fahdi. (*/Hery)