SERANG – Puluhan mahasiswi dari berbagai organisasi kemahasiswaan menggelar refleksi Internasional Women’s Day (IWD) atau hari perempuan sedunia di depan halte UIN Banten, Kota Serang, Senin (8/3/2021).
Mereka menyebut, selama krisis pandemi Covid-19, selain beban kerja bertambah berat, para perempuan juga kerap juga berhadapan dengan praktik kekerasan.
“Setiap perempun adalah pekerja baik itu di ranah domestik maupun ranah produksi. Selama masa pandemik mayoritas perempuan diwaktu yang sama harus melakukan 2 pekerjaan sekaligus yaitu bekerja di luar rumah dan di dalam rumah,” ujar Ketua Pemberdaya Perempuan, Kumala Siti Maesaroh dalam keterangannya.
Bahkan kata dia, perempuan juga sering berhadapan dengan kekerasan serta tidak adanya perlindungan yang maksimal atas kesehatannya.
Pihaknya mengungkapkan, lapangan pekerjaan yang peruntukkan bagi perempuan merupakan lapangan kerja upah rendah, sistem kerja yang tidak layak, tidak ada jaminan kesehatan, reproduksi diabaikan dan sarat dengan pelecehan seksual.
“Seperti sektor garmen, pekerja rumah tangga, pekerja rumahan, pekerja toko, dan pekerja sektor kreatif. Ketika pandemi Covid-19 melanda sebagian besar perempuan kehilangan pekerjaan, kehilangan sebagian besar penghasilannya, dan tidak memiliki kepastian kerja yang berkelanjutan,” ungkapnya.
“Seperti yang dicatat oleh Komnas Perempuan bahwa angka kekerasan terhadap perempuan meningkat dimasa pandemi,” imbuhnya.
Disatu sisi lanjutnya, perempuan masih harus melakukan pekerjaan-pekerjaan di rumah seperti merawat rumah, anak dan orang tua, yang bebannya bertambah pada masa Covid-19, lantaran semua anggota keluarga harus berdiam di rumah.
“Harus menemani anak-anak belajar, dan memastikan asap dapur tetap mengepul. Semua dilakukan tanpa dibayar,” ucapnya.
Untuk itu, sistem kesehatan harus berfungsi, dalam rangka memberikan perlindungan yang maksimal pada perempuan, terkhusus di masa Covid-19. (*/Faqih)