SERANG – Ketua Pengurus Pusat Perkumpulan Urang Banten (PP PUB), Taufiqurrahman Ruki, menyatakan bahwa Banten memiliki peran penting dalam sejarah dan masa depan Indonesia, khususnya dalam konteks keislaman dan ketahanan menghadapi perubahan.
Dalam sebuah diskusi, ia membahas potensi Banten sebagai “Serambi Mekkah”, menggantikan Aceh yang selama ini dikenal dengan julukan tersebut.
“Dulu, Aceh disebut Serambi Mekah karena semua kapal yang berangkat ke Mekkah singgah di Sabang. Tapi sekarang, baik kapal, pesawat, maupun kendaraan lainnya, semuanya melewati Banten, terutama melalui Bandara Soekarno-Hatta. Jadi, yang paling berhak menyandang gelar Serambi Mekah seharusnya Banten,” katanya dalam acara bukber di Serang, Selasa (18/3/2025).
Ia mengajak masyarakat Banten untuk memanfaatkan potensi ini demi kemajuan umat Islam.
“Bagaimana kita bisa menjadikan Banten sebagai pintu utama menuju Mekah? Ini harus kita manfaatkan untuk kemajuan masyarakat,” lanjutnya.
Dalam diskusi tersebut, Ruki juga menekankan pentingnya kesiapan menghadapi dinamika perubahan, baik di bidang politik, ekonomi, maupun lingkungan.
“Setiap perubahan harus menjadi pembelajaran bagi kita. Kita harus lebih siap menghadapi segala kemungkinan, baik itu tantangan atau peluang,” katanya.
Ia mengajak masyarakat untuk tidak hanya berharap pada keadaan yang selalu baik, tetapi juga bersiap menghadapi situasi yang sulit.
“Kalau baik, kita bersyukur. Tapi kalau tidak, kita harus tetap siap. Pertanyaannya, sudah siapkah kita?” ujarnya.
Lebih lanjut, Ruki menegaskan bahwa masyarakat Banten adalah keturunan para pejuang, bukan kaum yang mudah menyerah.
“Kita ini keturunan para petarung, bukan para penakut, bukan pula kaum yang mudah menyerah. Orang Banten kalau melawan, sebelum ‘paeh’ (mati) harus tetap siap bertarung,” katanya dengan penuh semangat.
Sebagai contoh, ia mengingatkan kembali sejarah Keraton Kasemen yang runtuh bukan karena menyerah, tetapi karena leluhur Banten memilih untuk tetap bertarung hingga akhir.
“Kenapa Keraton Kasemen sampai ambruk? Itu bukan karena menyerah, tapi karena leluhur kita tidak mau mengalah. Itu menunjukkan bahwa kita adalah para pejuang sejati,” jelasnya.
Menurutnya, kejayaan Banten di masa lalu adalah warisan yang harus dipelajari dan dijadikan motivasi untuk membangun kembali daerah ini.
“Kita harus belajar dari sejarah. Keruntuhan istana bukan hanya terjadi di Nusantara, tapi di seluruh dunia. Yang membedakan adalah bagaimana kita mempelajari sejarah itu dan bangkit kembali,” katanya.
Ia menutup pembicaraan dengan mengajak masyarakat Banten untuk tetap bersatu dan menjaga kekompakan agar mampu menghadapi tantangan di masa depan.
“Jika kita kompak, maka kita bisa membangun kembali kejayaan Banten,” pungkasnya.(*/Nandi).