LEBAK– Sejumlah petani di Kabupaten Serang, Provinsi Banten mengeluh, karena lahan miliknya terancam gagal panen akibat terendam banjir. Hal itu disebabkan, indikasi penyebab banjir tersebut karena pembangunan jalan Tol Serang – Panimbang (Serpan) dinilai tak matang, karena pihak pengelola proyek Jalan Tol tersebut tidak membuatkan irigasi saluran air.
Rosyad, salah seorang pemilik lahan sawah yang terendam banjir di Kecamatan Tunjung Teja, Kabupaten Serang mengungkapkan, sejak adanya pembangunan jalan bebas hambatan setahun lalu, dan para petani tidak bisa lagi menanam padi dua kali dalam setahun. Karena sodetan atau aliran irigasi tertimbun oleh pembangunan jalan tol.
“Kalaupun bisa panen hasilnya tidak maksimal, dan paling bisa bertanam padi sekali dalam setahun. Dulu sebelum ada jalan tol ini kami bisa panen dua kali, bahkan sampai ada yang tiga kali dalam setahun,” kata Rosyad kepada Fakta Banten, Sabtu (3/4/2021).
Ia melanjutkan, untuk tahun ini dipastikan puluhan hektare tanaman padi yang akan memasuki masa panen di wilayahnya mengalami puso. Karena terendam banjir akibat tidak adanya pembuangan air yang dibangun oleh kontraktor yang mengerjakan pembangunan jalan tol
”Kami bingung mau mengadu kemana, karena kami dulu pernah protes kepada Carik (sekdes-red) malah kami dikatakan tidak mendukung program pemerintah. Padahal kami berharap hasil panen ini bisa kami gunakan untuk kebutuhan selama bulan puasa dan Idul Fitri,” keluhnya.
Senada dikatakan Madsari, salah satu petani padi di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, ia mengaku mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah. Karena tanaman padi yang sudah berumur tiga bulan terendam banjir.
“Dulu sebelum adanya jalan tol ini,sawah kami yang sudah ada secara turun temurun tidak pernah terkena banjir. Namun sejak adanya jalan tol, aliran air yang dulunya hingga ke seberang jalan tol kini sudah tertutup,” katanya.
Ia berharap, pihak pengelola proyek jalan Tol memberikan kompensasi yang diberikan oleh pemerintah kepada para petani yang mengalami kerugian akibat pembangunan jalan tol tersebut.
Apalagi kata Madsari, sebelumnya petani tidak pernah diajak bicara oleh pemerintah saat rencana pembangunan jalan tol dilakukan.
”Dulu yang diundang ke kantor desa itu hanya pemilik lahan yang terkena pembebasan, sementara kami yang terdampak seperti ini tidak pernah diajak bicara,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Enden Wahyudin, anggota DPRD Lebak dari Fraksi PDIP mengungkapkan, penyebab ratusan hektare areal sawah yang siap penen terendam banjir itu akibat tidak matangnya perencanaan dampak dari pembangunan jalan bebas hambatan tersebut.
“Harusnya dibuatkan lagi saluran air yang memadai,karena banyak aliran sungai yang tertimbun akibat dari pembangunan jalan tol.Selain itu, juga dibuatkan juga semacam Embung (penampuamg air-red).Sehingga saat turun hujan deras, air bisa dialirkan ke embung untuk mencegah banjir,” Kata Enden.
Ia menuding, perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini BPJT (Badan Pengelola Jalan Tol) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) tidak matang dan terlalu terburu buru,sehingga melupakan dampak yang ditimbulkan dari pembangunan jalan tol.
”Harusnya dari awal sudah diperhitungkan dampak sosialnya,karena banyak areal sawah yang ikut dibebaskan untuk pembangunan jalan tol Serpan ini,” cetus politisi PDIP ini.
Dilain pihak Legal Manager PT Wijaya Karya (Wika) jalan tol Serang Panimbang, Rendy Dwiandika yang dikonfirmasi melalui pesan whatsapp, terkait keluhan petani padi di Kecamatan Tunjung Teja, Kabupaten Serang, dan Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, meminta kepada wartawan media ini untuk langsung konfirmasi kepada Bambang.
”Langsung ke pak Bambang aja bang untuk urusan media,” kata Rendy.
Sementara itu, Humas Tol Serpan Bambang dihubungi melalui sambungan telepon tidak merespon meski sambungan telepon berdering. Demikian juga, saat dikonfirmasi melalui pesan whatsapp juga tidak berbalas, meski pesan yang dikirimkan telah dibaca dengan dua tanda centang biru. (*/Eza).