FAKTABANTEN – Investasi adalah cara yang sangat baik untuk mencapai tujuan finansial. Namun, setiap keputusan investasi selalu datang dengan risiko.
Oleh karena itu, memahami berbagai faktor risiko ini sangat penting agar kamu bisa membuat keputusan yang cerdas dan sesuai dengan toleransi risiko pribadi. Ini akan membantu menavigasi dunia investasi reksadana, termasuk memahami reksadana saham di Makmur.id, dengan lebih percaya diri.
Faktor Risiko dalam Investasi
Investasi tentunya memiliki risiko-risiko tertentu. Berikut adalah delapan faktor risiko utama dalam investasi yang wajib kamu pahami:
1. Risiko Pasar (Market Risk)
Risiko pasar adalah risiko kerugian investasi akibat pergerakan harga di pasar secara keseluruhan. Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor makroekonomi seperti perubahan suku bunga, inflasi, resesi, peristiwa geopolitik, atau sentimen investor. Ketika pasar saham turun, hampir semua saham dan reksadana saham cenderung ikut turun.
Risiko pasar tidak bisa dihindari sepenuhnya. Kendati demikian, risiko ini bisa dimitigasi melalui diversifikasi ke berbagai jenis aset atau instrumen investasi yang tidak terlalu berkorelasi.
2. Risiko Inflasi (Inflation Risk)
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang mengurangi daya beli uang. Risiko inflasi terjadi ketika tingkat pengembalian investasi tidak mampu mengalahkan laju inflasi. Artinya, meskipun nilai nominal investasi bertambah, daya beli uangmu justru menurun.
Untuk mengatasi risiko inflasi, penting untuk memilih investasi yang berpotensi memberikan pengembalian di atas rata-rata inflasi. Instrumen seperti saham atau properti yang nilainya cenderung naik seiring inflasi, sering dianggap sebagai pelindung terhadap risiko ini dalam jangka panjang.
3. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Risiko likuiditas adalah risiko tidak bisa menjual investasimu dengan cepat di harga yang wajar tanpa menyebabkan kerugian signifikan. Ini sering terjadi pada aset yang tidak mudah diperdagangkan atau memiliki sedikit pembeli di pasar.
Contoh aset yang memiliki risiko likuiditas tinggi adalah properti, karya seni, atau saham perusahaan kecil yang jarang diperdagangkan. Meskipun reksadana memiliki likuiditas yang relatif baik, ada perbedaan antara reksadana yang sangat likuid seperti reksadana pasar uang dan reksadana saham yang mungkin membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk dicairkan.
4. Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk)
Risiko tingkat bunga secara khusus memengaruhi investasi pendapatan tetap seperti obligasi dan reksadana pendapatan tetap. Ketika suku bunga naik, nilai obligasi yang sudah ada di pasar cenderung turun. Ini karena obligasi baru yang diterbitkan akan menawarkan kupon (bunga) yang lebih tinggi, sehingga obligasi lama menjadi kurang menarik. Sebaliknya, jika suku bunga turun, nilai obligasi lama yang berkupon lebih tinggi akan meningkat.
Oleh karena itu, investor perlu memahami bahwa ada hubungan terbalik antara suku bunga dan nilai obligasi. Sebab, risiko ini penting bagi mereka yang berinvestasi di instrumen utang.
5. Risiko Kredit (Credit Risk / Default Risk)
Risiko kredit, atau risiko gagal bayar, adalah kemungkinan bahwa penerbit instrumen utang (seperti perusahaan penerbit obligasi atau pemerintah) tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk membayar bunga atau mengembalikan pokok pinjaman kepada investor.
Risiko ini sangat relevan untuk obligasi korporasi atau surat utang negara dengan peringkat kredit rendah. Jadi, sebelum berinvestasi di obligasi atau reksadana pendapatan tetap, penting untuk memeriksa peringkat kredit penerbit untuk menilai seberapa besar risiko gagal bayar yang mungkin terjadi.
6. Risiko Reinvestasi (Reinvestment Risk)
Risiko reinvestasi adalah risiko bahwa ketika pengembalian dari investasi (misalnya, kupon obligasi atau dividen saham) harus diinvestasikan kembali, suku bunga atau tingkat pengembalian yang berlaku saat itu lebih rendah dari yang diharapkan. Ini berarti pendapatan dari investasi kembali menghasilkan keuntungan yang lebih kecil.
Risiko ini sering muncul pada investasi pendapatan tetap ketika obligasi jatuh tempo atau di-call, dan dana yang diterima harus diinvestasikan kembali di tengah suku bunga yang lebih rendah. Oleh karena itu, risiko ini dapat memengaruhi total pengembalian investasi jangka panjang.
7. Risiko Mata Uang (Currency Risk)
Risiko mata uang, atau risiko nilai tukar, muncul ketika berinvestasi dalam aset yang didenominasi dalam mata uang asing. Fluktuasi nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang lokal (misalnya Rupiah) dapat memengaruhi nilai investasi Anda saat dikonversi kembali.
Jika nilai mata uang asing tempat Anda berinvestasi melemah terhadap Rupiah, nilai investasi dalam Rupiah akan berkurang, meskipun nilai aset aslinya tidak berubah. Risiko ini sangat relevan untuk reksadana yang berinvestasi di pasar internasional atau reksadana USD.
8. Risiko Operasional dan Manajemen (Operational/Management Risk)
Risiko operasional dan manajemen adalah risiko yang terkait dengan kinerja manajer investasi atau operasional reksadana itu sendiri. Ini bisa mencakup kesalahan manusia, kegagalan sistem, kurangnya pengawasan, atau strategi investasi yang tidak efektif dari manajer investasi.
Meskipun lebih sulit untuk diukur oleh investor individu, risiko ini tentu tetap dapat dimitigasi. Caranya, adalah dengan memilih manajer investasi yang memiliki reputasi baik, rekam jejak yang solid, dan sistem tata kelola perusahaan yang kuat.
Berikut adalah delapan faktor risiko investasi. Setiap risiko memiliki karakteristik dan cara mitigasinya sendiri. Oleh karena itu, memahami delapan faktor risiko ini adalah langkah fundamental sebelum terjun ke dunia investasi.
Untuk memulai investasi reksadana dengan pemahaman risiko yang baik, Makmur.id adalah platform yang bisa kamu andalkan. Makmur.id menawarkan beragam pilihan reksadana dengan informasi lengkap, termasuk profil risiko yang jelas, memungkinkanmu memilih investasi yang tepat sesuai tujuanmu. Mulai investasi cerdasmu sekarang di Makmur.id!(*/red)