JAKARTA – Pemerintah sudah menandatangani perpanjangan izin ekspor konsentrat PT Freeport Indonesia. Dengan ditandatanganinya izin ekspor ini maka Freeport bisa melakukan ekspor konsentrat hingga 2019 mendatang.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Ditjen Minerba Kementerian ESDM Bambang Susigit mengatakan surat rekomendasi dari Kementerian ESDM untuk ekspor konsentrat Freeport sudah diteken oleh Direktur Jendral Mineral dan Batubara, Bambang Gatot Ariyono pada Jumat (16/2/2018) kemarin.
“Jumat kemarin sudah ditandatangani Pak Dirjen,” ujar Bambang seperti dikutip Republika.co.id, Minggu (18/2/2018).
Bambang mengatakan Freeport mendapatkan jatah ekspor konsentrat sebanyak 1,2 juta wet metric ton (WMT) hingga 2019 mendatang. Pemberian rekomendasi ekspor konsentrat ini, menurut Bambang, sudah melalui tahap evaluasi oleh pihak verifikator maupun Kementerian ESDM.
Bambang mengatakan salah satu indikator evaluasi adalah pembangunan smelter. Bambang menjelaskan berdasarkan hasil evaluasi PT Freeport Indonesia sudah melakukan progres pembangunan smelter sebesar 2,43 persen dalam proyeksi satu tahun.
“Target pembangunan smelter mencapai target. Bulan ini kemajuan pembangunan smelter Freeport sudah mencapai 2,43 persen, lebih tinggi dari targetnya sebesar 2,3 persen,” ujar Bambang.
Meski mengantongi kuota ekspor konsentrat sebesar 1,2 juta WMT, Freeport tetap tak berhasil mencapai target kuota yang diajukannya sebesar 1,66 juta WMT. Juru Bicara Freeport Indonesia, Riza Pratama mengatakan pihaknya sejak 8 Februari 2018 sudah mengajukan surat rekomendasi ekspor konsentrat tersebut.
“Ya, kami sudah mengajukan,” ujar Riza pekan lalu.
Riza juga mengatakan pihaknya sudah mulai melakukan pembangunan smelter. Ia menjelaskan sesuai hasil verifikasi tim verifikator, yaitu PT Surveyor Indonesia, tahap perencanaan sudah 90 persen.
Pembangunan smelter Freeport menunjuk PT Surveyor Indonesia untuk memeriksa progres smelter tersebut. Hasil evaluasi smelter menyatakan kemajuan pembangunan smelter mencapai 2,43 persen. Capaian itu sesuai dengan rencana pembangunan selama satu tahun. Dia mengungkapkan ada sekitar 38 item rencana kerja yang digarap selama satu tahun terakhir.
Freeport Indonesia telah mendapatkan enam rekomendasi ekspor konsentrat tembaga sejak 2014. Terakhir, rekomendasi diberikan untuk jangka waktu satu tahun, yakni 17 Februari 2017-16 Februari 2018 dengan kuota sebanyak 1,11 juta ton.
Hingga akhir tahun lalu, realisasi ekspor konsentrat tembaga Freeport Indonesia pada periode rekomendasi tersebut telah mencapai 921.137 ton atau 82,76 persen dari kuota.
Selain Freeport Indonesia, Pemerintah juga sudah meneken rekomendasi ekspor konsentrat milik PT Amman Sejahtera. Pada pekan lalu, Direktur Jendral Mineral Batubara, Bambang Gatot Ariyono menjelaskan bahwa Amman mengajukan izin ekspor konsentrat sebesar 450 ribu WMT. Kuota ini dibawah dari kapasitas Amman pada RKAB sebesar 675 ribu WMT.
Meski mengajukan kuota ekspor lebih rendah, perkembangan kemajuan pembangunan smelter Amman lebih tinggi dibandingkan Freeport. Hingga saat ini persentase kemajuan pembangunan smelter Amman sudah mencapai 10,1 persen.
“Mereka (Amman) sudah land clearing, mobilisasi peralatan sudah ada, penyusunan amdal sudah bersama perguruan tinggi setempat. Sudah lebih majulah,” ujarnya. (*/Republika)