Aptrindo Banten: Transaksi Non Tunai, Bukan GTO yang Mampu Urai Kemacetan

SERANG – Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Provinsi Banten mendorong kepada pengelola jalan tol untuk menggunakan teknologi lebih canggih agar maksimal dalam mengurai kemacetan di pintu tol.

Memperlancar arus kendaraan di pintu tol, dinilai Aptrindo Banten tidak cukup hanya dengan transaksi non tunai atau disebut dengan gerbang tol otomatis (GTO). Tetapi dengan sistem teknologi canggih, menerapkan kendaraan berlangganan dengan memiliki barcode atau id pelanggan yang terpasang di kendaraan. Dimana barcode atau id pelanggan tersebut bisa dipindai oleh sensor otomatis ketika mobil lewat di gerbang tol.

“Dari mana otomatisnya setiap kendaraan harus berhenti beberapa detik untuk menempelkan kartunya kok dibilang otomatis, itu namanya manual card. Harusnya kalau otomatis kendaraan tidak perlu berhenti dan tidak perlu menempelkan kartu, cukup setiap pelanggan tol dipasangi alat yang otomatis langsung terpindai di pintu tol, jadi tidak usah berhenti dan repot-repot menempelkan kartu GTO-nya ke mesin card rider,” ujar Sekretaris Aptrindo Banten, Dede Rohana Putra, Rabu (22/11/2017).

Baca Juga : Aptrindo Banten Minta Permenhub 134/2015 Ditunda

Menurut Dede, dengan tarif yang terbilang mahal seharusnya pelayanan juga ditingkatkan, salah satunya dengan sistem sensorik yang memungkinkan setiap pengendara untuk tidak berhenti di gerbang dan membuat antrian.

“Tarif tol itu sudah mahal, sudah seharusnya pengelola tol bisa mengembangkan dan menggunakan teknologi yang lebih canggih,” imbuh Dede Rohana yang juga Ketua IKA STIE-Al Khairiyah ini.

Pengurus Aptrindo Banten foto bersama dengan Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy, setelah beraudiensi di kantornya / Dok

Diakui Dede, negara-negara maju sudah menggunakan teknologi tersebut.

“Kita bisa lihat gerbang tol macet karena kendaraan harus berhenti beberapa detik untuk scan kartu transaksi non tunai, jika kendaraan truk ketika mulai berjalan setelah berhenti tidak bisa langsung cepat karena beban yang berat dimuatannya,” jelasnya.

Dede meragukan kemampuan pengelola tol saat ini, yang ternyata belum mampu mendapatkan solusi atasi kemacetan, bahkan kemacetan malah semakin parah.

Dengan jutaan kendaraan setiap harinya yang menggunakan jalan tol, sudah seharusnya Indonesia menggunakan teknologi yang lebih canggih.

“Tidak cukup dengan transaksi non tunai untuk mengurai kemacetan, bisa dilihat setelah diberlakukannya GTO justru kemacetan berpindah, yang sebelumnya di gerbang tol keluar, sekarang macetnya tersebar baik digerbang tol masuk maupun gerbang tol keluar,” jelasnya lagi.

Hal ini juga diakui menjadi keluhan para pengusaha truk yang tergabung di Aptrindo Banten.

Dalam waktu dekat, Aptrindo Banten juga akan menjadi inisiator dalam penggunaan teknologi yang dimaksud.

“Kami akan mengirim surat ke DPP Aptrindo dan ke Kementerian Perhubungan dan ke Badan Pengelola Jalan Tol agar segera mengembangkan dan menggunakan teknologi yang tercanggih. Tidak ada jalan lain selain teknologi, setiap hari jumlah kendaaraan terus bertambah, sekarang saja sudah macet apalagi sepuluh tahun yang akan datang. Maka hal ini harus diantisipasi dari sekarang,” pungkasnya. (*/Asep)

3 Pintu TolAPTRINDOGTO
Comments (0)
Add Comment