Pengendalian Langkap, untuk Manajemen Habitat Badak Jawa

PANDEGLANG – Langkap (Arenga obtusifolia) adalah salah satu jenis palm yang banyak tumbuh di daratan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Tanaman ini masuk kategori spesies invansif yang dikhawatirkan akan mengancam eksistensi jenis tanaman yang menjadi pakan badak jawa.

Di areal yang didominasi oleh vegetasi langkap, pada umunya lantai hutannya relatif bersih dari tumbuhan bawah (semak).

Jika ini dibiarkan, bukan tidak mungkin badak jawa akan kekurangan sumber pakannya, ditambah badak jawa adalah salah satu hewan browser.

“Hal ini menjadi ancaman bagi pertumbuhan pakan badak karena badak mempunyai sifat browser yang memakan pucuk-pucuk daun dan ranting tumbuhan bawah,” ujar Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK), Mamat Rahmat, Sabtu (16/9/2017).

Menurut laporan managemen habitat JRSCA, langkap menjadi vegetasi yang dominan dengan luasan mencapai ±1.500 ha di dalam kawasan JRSCA. Sementara data yang dimiliki BTNUK, luasan penyebaran tanaman ini lebih luas lagi. Untuk langkap dominan terbuka itu luasannya sekitar 13.099,014 Ha, sedangkan dominan tetapi di bawah tegakan seluas 9.285,405 Ha, dan data tersebut hanya untuk cakupan wilayah Semenanjung Ujung Kulon saja.

“Jika hal ini dibiarkan, akan menjadi ancaman bagi ketersediaan tumbuhan pakan badak, dan hal ini menjadi tidak baik bagi badak untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya,” jelas Mamat.

Saat ini upaya pengendalian tanaman langkap tersebut tengah gencar dilakukan pihak Balai Taman Nasional Ujung Kulon bersama mitra kerjanya.

Hal tersebut dilakukan agar luas kawasan bisa maksimal termanfaatkan sebagai ruang habitat badak jawa dan satwa lain di Taman Nasional Ujung Kulon.

“Dengan demikian upaya pengendalian pertumbuhan langkap harus dilakukan sampai pada titik optimal agar pertumbuhan langkap tidak menjadi ancaman bagi habitat badak jawa,” imbuhnya.

Sementara fakta lain juga menunjukkan, bahwa areal vegetasi langkap juga digunakan badak jawa untuk beristirahat.

Sementara itu Koordinator Habitat badak jawa BTNUK, Daryan menjelaskan, upaya pengendalian langkap sebagai langkah manajemen habitat menjadi hal yang sangat mendesak, karena intervensinya terhadap vegetasi lainnya terutama daerah rumpang (tempat makan).

“Kebayang kan, urgenitas pengelolaan habitat di sini. Meski tidak dielakkan bahwa badak jawa juga menggunakan langkap sebagai salah satu habitat yang dia pakai, contohnya sebagai tempat buang kotoran dan kubangan. Jadi pengendalian langkap diprioritaskan pada daerah dominan langkap yang tidak atau jarang dikunjungi badak, dengan tujuan menarik badak jawa untuk datang, sehingga area pengendalian langkap diharapkan berubah menjadi rumpang atau tempat makan,” ujar Daryan menambahkan.

Secara teknis pengendalian langkap bisa dilakukan dengan pengurangan tegakan dengan cara ditebang atau dicabut.

“Kita kerjakan secara manual, menggunakan kapak, gergaji, golok dan chainsaw yang telah dimodifikasi, untuk langkap yang mempunyai kerapatan sedang sampai tinggi (≥ 1500 btg/ha) kita kendalikan, 50% untuk langkap dewasa dan 100% untuk anakan. Untuk lokasi langkap yang mempunyai kerapatan sedang ( (*/yar)

#badakkitaBADAKITATaman Nasional Ujung Kulon (TNUK)
Comments (0)
Add Comment