FAKTA – Salah satu bulan yang sangat dimuliakan dalam Islam adalah bulan Rajab, yaitu bulan ketujuh dalam kalender Hijriah.
Bulan ini merupakan bagian dari empat bulan haram yang sangat dimuliakan dalam Islam, yaitu Muharram, Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Rajab.
Pada bulan ini, semua umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan semua ibadah dan kebaikan yang ia lakukan melebihi ibadah pada bulan yang lainnya.
Hal itu tidak lain selain untuk menjadikan bulan Rajab sebagai tradisi untuk menciptakan suasana spiritual yang lebih intens, dan menjadikannya sebagai bulan yang istimewa.
Oleh karena itu, tidak heran jika umat Islam banyak yang berpuasa dalam menjalani bulan ini dengan waktu yang berbeda-beda, ada yang dari tanggal satu hingga tanggal tiga, ada yang puasa selama sepuluh hari, lima belas hari, ada juga yang puasa hingga dua puluh tujuh hari, dan ada juga yang berpuasa daud, yaitu sehari puasa dan sehari tidak.
Semua itu dilakukan karena bulan Rajab diyakini sebagai bulan yang sangat mulia, sehingga semua amal ibadah yang dilakukan di dalamnya juga memiliki nilai lebih, bahkan pahala yang Allah janjikan atas ibadah pada bulan Rajab melebihi bulan-bulan yang lainnya.
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah dalam salah satu haditsnya, أَيُّهَا النَّاسُ! إِنَّهُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ، شَهْرُ رَجَبَ، شَهْرُ الله تُضَاعَفُ فِيْهِ الْحَسَنَاتُ وَتُسْتَجَابُ فِيْهِ الدَّعَوَاتُ وَيُفَرَّجُ عَنْ الْكُرْبَاتِ، لَا يُرَدُّ فِيْهِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ دَعْوَةٌ، فَمَنْ اِكْتَسَبَ فِيْهِ خَيْراً ضُوْعِفَ لَهُ فِيْهِ أَضْعَافاً مُضَاعَفَةً، وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ Artinya, “Wahai manusia! Sungguh telah menaungi kepada kalian semua, bulan yang agung, yaitu bulan Rajab yang merupakan bulan Allah, setiap kebaikan akan dilipatgandakan di dalamnya dan doa-doa akan diterima, kegelisahan akan dihilangkan, doa-doa orang beriman tidak ditolak. Siapa saja yang melakukan kebaikan di dalamnya, maka akan dilipatgandakan menjadi berlipat-ganda, dan Allah bisa melipatgandakan (pahala) bagi siapa saja yang Dia kehendaki.” (HR Anas bin Malik).
Tidak hanya puasa, ada banyak amal ibadah dan kebaikan yang bisa dilakukan oleh setiap orang pada bulan Rajab, di antaranya adalah (1) bersedekah; (2) silaturrahim; (3) memberi makan orang yang lapar; (4) menjenguk orang sakit; (5) menyenangkan anak yatim; dan semua ibadah dan kebaikan lainnya.
Semua itu jika dilakukan pada bulan ini, maka akan mendapatkan pahala yang lebih dari bulan lainnya. Selain membahas keutamaan dan nilai-nilai pahala yang terkandung dalam bulan Rajab, ada pentingnya bagi penulis untuk menjelaskan makna filosofis yang terkandung dalam setiap huruf kata ‘Rajab’.
Dengannya, kita akan lebih tahu perihal makna yang terkandung di dalamnya. ad Baca Juga Doa Syekh Abdul Qadir al-Jilani pada Malam Satu Rajab Makna Filosofis Kata Rajab Secara harfiyah, kata Rajab ( (رجب mengandung tiga huruf, yaitu huruf ra’, jim dan ba’. Semua itu memiliki makna filosofis tersendiri.
Syekh Abdul Qadir al-Jilani (wafat 561 H) dalam salah satu kitabnya menjelaskan bahwa huruf ra’ memiliki arti rahmat Allah, jim memiliki makna kedermawanan (jud) Allah, sedangkan ba’ memiliki arti kebaikan (birr) Allah. فَرَجَبُ ثَلاَثَةُ أَحْرُفٍ، رَاءٌ وَجِيْمٌ وَبَاءٌ. فَالرَّاءُ: رَحْمَةُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالْجِيْمُ: جُوْدُ اللهِ تَعَالىَ، وَالْبَاءُ: بِرُّ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ Artinya, “Rajab memiliki tiga huruf, yaitu (1) ra’; (2) jim; dan (3) ba’. Ra’ berarti rahmat Allah azza wa jall, jim berarti kedermawanan Allah ta’ala, dan ba’ berarti kebaikan Allah azza wa jall.” (Syekh Abdul Qadir, al-Ghunyah li Thalibi Thariqil Haq Azza wa Jall, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah], juz I, halaman 319).
Maksud dari penjelasan di atas adalah Allah akan memberikan anugerah pada hamba-hamba-Nya dengan pemberian yang tidak terhitung jumlahnya sejak awal hingga akhir bulan Rajab.
Pemberian itu terbagi menjadi tiga, yaitu rahmat (kasih sayang) tanpa siksaan dari-Nya, kedermawanan mutlak tanpa ada yang tersisa, dan kebaikan-Nya tanpa antipati. Berkaitan dengan hal ini, Syekh Abdul Qadir menjelaskan: فَمِنْ أَوَّلِ هَذَا الشَّهْرِ اِلىَ أَخِرِهِ مِنَ اللهِ ثَلاَثُ عَطَايَا لِلْعِبَادِ، رَحْمَةٌ بِلاَ عَذَابٍ، وَجُوْدٌ بِلاَ بُخْلٍ، وَبِرٌّ بِلاَ جَفَاءٍ Artinya, “Maka dari awal keberadaan bulan (Rajab) ini hingga akhirnya, terdapat tiga pemberian dari Allah swt, yaitu kasih sayang tanpa siksa, kedermawanan tanpa kikir, dan kebaikan tanpa antipati.” (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, 319).
Selain itu, bulan Rajab juga menjadi bulan persiapan umat Islam untuk menghadapi bulan agung, yaitu bulan Ramadhan. Pendapat ini sebagaimana ditulis oleh Imam Al-Hafiz Abu Hasan bin Muhammad Hasan al-Khalal (wafat 439 H) dalam salah satu kitabnya, mengutip riwayat Anas bin Malik, bahwa Rasulullah saw bersabda: قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللهِ لِمَ سُمِيَ رَجَبَ؟ قَالَ: لأنَّهُ يُتَرَجَّبُ فِيهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ لِشَعْبَانَ وَرَمَضَانَ Artinya, “Dikatakan kepada Rasulullah: Kenapa (bulan Rajab) dinamakan Rajab? Rasulullah menjawab: Karena sungguh banyak di dalamnya kebaikan untuk bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (Imam Abu Muhammad al-Khalal, Fadhailu Sayahri Rajab, [Lebanon, Beirut, Dar Ibnu Hazm, cetakan pertama: 1996 H/1416 H], halaman 47). Mengutip penjelasan Syekh Abdurrauf al-Munawi (wafat 1031 h), dalam salah satu kitabnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “yatarajjabu” pada hadits riwayat Anas tersebut adalah pada bulan Rajab Allah memberikan pahala yang sangat banyak atas ibadah dan kebaikan yang dilakukan oleh setiap orang melebihi bulan-bulan yang lain.
Tidak hanya itu, bulan Rajab menjadi bulan pembuka dan awal persiapan umat Islam untuk memasuki dua bulan suci selanjutnya yang juga sangat mulia, yaitu bulan Sya’ban dan bulan Ramadhan.
Oleh karenanya, menjadi sebuah keharusan bagi umat Islam untuk lebih semangat dalam meningkatkan ketaatan dan kebaikan guna memasuki dua bulan tersebut, فَالْمَعْنَى أَنْ يُهَيَّئَ فِيْهِ خَيْرٌ كَثِيْرٌ عَظِيْمٌ لِلْمُتَعَبِّدِيْنَ فِي شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ Artinya, “Maka makna (hadits tersebut), adalah dengan disediakan di dalamnya suatu kebaikan yang banyak dan agung bagi ahli ibadah (untuk menghadapi) bulan sya’ban dan ramadhan.” (Syekh al-Munawi, Faidhul Qadir Syarh Jami’us Shaghir, [Mesir, Maktabah at-Tijariah, cetakan pertama: 1356], juz IV, halaman 149).
Alhasil, dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bulan Rajab merupakan bulan peningkatan spiritual.
Semua ibadah dan kebaikan harus ditingkatkan melebihi bulan-bulan yang lain, selain karena pahala yang dilipat gandakan di dalamnya, juga sebagai bentuk persiapan dan pelatihan diri untuk menghadapi bulan agung, yaitu bulan Ramadhan. Wallahu a’lam. ***