Aneh dan Kontroversial, Selama Ramadhan Arab Saudi Bikin Aturan Pembatasan Aktivitas di Masjid

FAKTA – Pemerintah Kerajaan Arab Saudi baru-baru ini merilis sejumlah aturan baru dalam hal pembatasan aktivitas yang dilaksanakan di Masjid selama bulan suci Ramadhan 1444 Hijriyah.

Ada sekitar sepuluh poin aturan yang tertuang dalam sebuah dokumen yang dirilis dan diedarkan oleh Menteri Urusan Islam, Abdul Latif Al-Sheikh, pada Jumat (3/3/2023). Kebijakan baru ini disebut harus dipatuhi oleh segenap masyarakat Arab Saudi.

Beberapa poin yang dimaksud adalah, satu, pengurangan volume pengeras suara masjid. Selain itu, imam dan muazin tidak boleh absen kecuali sangat mendesak, shalat Tarawih tidak boleh terlalu panjang, serta menyelesaikan shalat Tahajud pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sebelum azan subuh.

Tidak hanya itu, mereka juga menyebut tidak boleh menggunakan kamera di masjid untuk memotret imam dan jamaah selama shalat. Jamaah juga dilarang untuk mentransmisikan ibadah shalat atau menyiarkannya di media apa pun.

Imam masjid memiliki tanggung jawab dalam mengotorisasi iktikaf dan mengetahui data jamaah. Dilansir di Middle East Monitor, Jumat (10/3/2023), Kementerian Urusan Islam juga melarang masjid mengumpulkan sumbangan uang untuk kepentingan buka puasa.

Pelaksanaan buka puasa bersama harus disiapkan dan diadakan di area yang ditentukan di halaman masjid, yang mana dilakukan di bawah tanggung jawab imam dan muazin.

Keputusan kontroversial yang diumumkan oleh kementerian Arab Saudi tentang pembatasan jumlah dan volume pengeras suara yang mengumandangkan azan. Hal ini merupakan kelanjutan dari keputusan yang sama awal tahun ini dan tahun lalu. Kerajaan Saudi sebelumnya juga mengeluarkan larangan total mengenai doa dan bacaan di masjid sekaligus melarang orang tua membawa anak ke masjid untuk shalat.

Pembatasan tersebut memicu kemarahan dan reaksi dari banyak Muslim di seluruh dunia. Para kritikus melihat peraturan tersebut sebagai upaya lebih lanjut oleh Pemerintah Saudi di bawah Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk membatasi pengaruh Islam dalam kehidupan publik melalui penggunaan pembatasan yang telah lama dipraktikkan seperti mantan diktator Tunisia, Zine El Abidine Ben Ali, dan bekas Uni Soviet.

Sementara itu, seperti yang ditunjukkan oleh para kritikus, Arab Saudi kini semakin mempromosikan konser musik dan mengundang artis Barat populer dan tokoh budaya cabul dalam upaya menarik khalayak internasional dan membuka masyarakat kerajaan.

Juru bicara Kementerian Urusan Islam, Abdullah Al-Enezi, menepis kekhawatiran tersebut. “Kementerian tidak mencegah berbuka puasa di masjid. Tetapi, sebaliknya, tetap diselenggarakan sehingga ada penanggung jawab yang mendapat izin darinya,” ujar dia.

Al-Enezi juga menyebut kegiatan buka puasa dilakukan dalam sebuah fasilitas tersendiri, dalam rangka menjaga kesucian dan kebersihan masjid dan tidak memungut sumbangan selain kedinasan.

Dia juga menjelaskan, larangan merekam dan menyiarkan shalat dilakukan sebagai perlindungan dari eksploitasi dan bukan karena ketidakpercayaan terhadap imam, khatib, atau penceramah. Aturan ini dibuat untuk menghindari kesalahan, terutama jika itu tidak disengaja.

 

Wisata Budaya

Sementara itu, Kementerian Kebudayaan Arab Saudi bersiap menggelar kegiatan Ramadhan 1444 H di seluruh Arab Saudi. Langkah ini diambil guna menghidupkan kembali warisan budaya sejarah, yang terkait dengan bulan suci tersebut.

Kegiatan itu akan diselenggarakan sebagai bagian dari program budaya komprehensif di 14 kota, yang tersebar di 10 wilayah Arab Saudi. Lebih dari 38 lokasi akan menyelenggarakan acara meriah, penuh dengan budaya, sosial dan kreativitas sepanjang Ramadhan.

Dilansir dari Saudi Gazette, Jumat (10/3/2023), musim Ramadhan bertujuan untuk merayakan kebiasaan masyarakat setempat selama bulan puasa. Kementerian ingin memperkenalkan masakan asli Saudi dan menyajikan budaya Ramadhan dalam semua detailnya yang kaya dengan cara yang inovatif. Pemerintah juga ingin berbagi pengalaman budaya lokal secara virtual dengan dunia Islam.

Rencana ini juga akan mencakup berbagai kegiatan. Di antaranya pertunjukan langsung, kerajinan tangan, teka-teki dan kompetisi, turnamen olahraga, kegiatan hiburan, pameran sejarah, permainan populer, serta area buka puasa dan sahur.

Musim Ramadhan akan dirayakan dengan menghormati karakter unik Ramadhan, berdasarkan identitas budaya spasial kota-kota di Arab Saudi. Kegiatan ini disebut akan dimulai di Jeddah, yang dianggap sebagai pintu gerbang ke Dua Masjid Suci.

Tidak hanya itu, Kementerian Kebudayaan menyebut akan ada beragam kegiatan di Al-Balad Gate (Historic Jeddah), seperti cerita Ramadhan dan masih banyak lagi.
Setiap acara yang digelar akan mencakup berbagai kegiatan, termasuk kegiatan amal, pameran sejarah Jeddah, pemugaran masjid bersejarah, pencetakan Alquran, restoran populer dan lainnya.

Sedangkan untuk Riyadh, pemerientah akan menyelenggarakan beberapa kegiatan yang berbeda, antara lain tenda Ramadhan, kerja amal, malam puisi, turnamen bola voli dan bola dayung, lintasan jalan kaki, serta e-games. (*/Red)

 

Berita ini dikutip dari Republika.id

 

Arab SaudiDunia IslamLiberalMadinahMakkahMasjidRamadhan
Comments (0)
Add Comment