JAKARTA – Gaza kembali mendapat serangan dari Israel. Hal ini membuat banyak pihak geram, termasuk para ulama dunia yang mengeluarkan fatwa jihad untuk melawan Israel.
Dilansir dari Middle East Eye, Senin (7/4/2025), Ali al-Qaradaghi, sekretaris jenderal International Union Of Muslim Scholars (IUMS), sebuah organisasi yang sebelumnya dipimpin oleh Yusuf al-Qaradawi, menyerukan semua negara Muslim untuk segera campur tangan secara militer, ekonomi dan politik untuk menghentikan genosida dan penghancuran menyeluruh ini.
Lewat seruan yang dikeluarkan pada Jumat (4/4/2025) itu, Ali al-Qaradaghi menyampaikan bahwa apa yang terjadi di Gaza merupakan sebuah kejahatan besar.
“Kegagalan pemerintah Arab dan Islam untuk mendukung Gaza saat sedang dihancurkan dianggap oleh hukum Islam sebagai kejahatan besar terhadap saudara-saudara kita yang tertindas di Gaza,” katanya dalam dekrit yang terdiri dari sekitar 15 poin tersebut.
Fatwa terbaru itu memuat larangan segala bentuk dukungan terhadap Israel dalam pemusnahan Muslim di Gaza.
Termasuk larangan menjual senjata serta blokade semua jalur.
“Dilarang mendukung musuh kafir (Israel) dalam pemusnahan Muslim di Gaza, terlepas dari jenis dukungannya,” kata Qaradaghi.
“Dilarang menjual senjata kepadanya, atau memfasilitasi pengangkutannya melalui pelabuhan atau jalur perairan internasional seperti Terusan Suez, Bab al-Mandab, Selat Hormuz, atau sarana darat, laut, atau udara lainnya,” sambungnya.
“Komite (IUMS) mengeluarkan fatwa yang mengharuskan blokade udara, darat, dan laut terhadap musuh yang menduduki untuk mendukung saudara-saudara kita di Gaza,” tambahnya.
Qaradaghi adalah salah satu otoritas keagamaan yang paling dihormati dan keputusannya memiliki pengaruh yang signifikan di antara 1,7 miliar Muslim Sunni di dunia.
Fatwa adalah keputusan hukum Islam yang tidak mengikat dari ulama yang dihormati, biasanya berdasarkan Al-Quran atau Sunnah Nabi Muhammad SAW.
Pernyataannya, yang juga didukung oleh 14 ulama Muslim terkemuka lainnya, menyerukan kepada semua negara Muslim untuk meninjau perjanjian damai dengan Israel dan bagi umat Muslim di Amerika Serikat untuk menekan Presiden Donald Trump agar memenuhi janji kampanyenya untuk menghentikan agresi dan membangun perdamaian.
Israel kembali melancarkan serangan di Gaza meski adanya kesepakatan gencatan senjata. Serangan ini tak lepas dari “lampu hijau” Trump, meskipun berulang kali berjanji untuk menghentikan perang di jalur kampanye dan mempercepat gencatan senjata sementara sesaat sebelum ia menjabat pada bulan Januari.
Sejak mengingkari kesepakatan gencatan senjata, Israel telah menewaskan lebih dari 1.200 orang warga Palestina, termasuk ratusan anak-anak.
Laporan sumber medis, seperti dilansir WAFA, total korban tewas akibat serangan Israel sejak Oktober 2023 telah meningkat menjadi 50.695 orang yang tercatat dan 115.338 lainnya luka-luka. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.
Sumber tersebut juga menyebut layanan darurat masih belum bisa menjangkau banyak korban dan mayat yang terjebak di bawah reruntuhan karena pasukan Israel terus menargetkan ambulans dan kru pertahanan sipil.
Serangan yang berubah menjadi genosida ini terus berlanjut tanpa henti meski ada seruan gencatan senjata dari Dewan Keamanan PBB dan desakan pencegahan genosida dari Mahkamah Internasional.
Gelombang serangan Israel menargetkan titik seperti sekolah, tempat pengungsian, rumah sakit, pusat makanan, zona aman yang ditetapkan Israel, dan pabrik desalinasi air.
Gambar dan video serangan hebat di Gaza menunjukkan kerusakan yang meluas di lingkungan yang padat penduduk. (*/Detik)