JAKARTA – Banyak pihak yang mengecam sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang membiarkan dan tak akan menarik karikatur Nabi Muhammad yang berbuntut pada pembunuhan seorang guru sejarah dan geografi di pinggiran Paris.
Selain negara-negara Islam terutama Timur Tengah yang memprotes sikap orang nomor wahid di Negara Menara Eiffel, RI juga menyatakan sikap yang sama yaitu mengecam kebijakan Prancis tersebut.
Sikap itu disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah kepada wartawan, Selasa (27/10/2020). Kementerian Luar Negeri RI telah memanggil duta besar Prancis untuk RI Olivier Chambard kemarin.
Selain mendapat protes keras dari komunitas Muslim di berbagai negara, kampanye boikot produk Prancis digalakkan oleh banyak pihak mulai dari aktivis sosial media hingga para pemimpin negara yang mayoritasnya beragama Islam.
Di Kuwait, beberapa jaringan supermarket mulai mengeluarkan semua produk Prancis dari rak sebagai bentuk aksi protes. Di Qatar, Alwajba Dairy Company dan Almeera Consumer Goods Company mengatakan mereka akan memboikot produk Perancis dan akan memberikan alternatif lain.
Kampanye lain juga dilaporkan di Yordania, Palestina hingga Israel. Universitas Qatar juga bergabung dalam kampanye boikot, mengumumkan bahwa mereka memutuskan untuk menunda Pekan Budaya Prancis sebagai protes atas penghinaan anti-Islam.
Pada hari Sabtu pekan lalu (24/10/2020), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Macron membutuhkan ‘pemeriksaan mental’ karena cara dia memperlakukan Muslim.
Di Arab Saudi, seruan untuk memboikot jaringan supermarket Prancis, Carrefour, menjadi tren di media sosial. Sementara merek mewah seperti L’Oréal, Garnier, dan Lancôme menjadi target dalam daftar merek yang harus dihindari di pos media sosial.
Sikap Macron yang kekeuh untuk mempertahankan paham sekuler-nya yang menjunjung tinggi kebebasan pendapat dan berekspresi semakin melukai umat Islam dunia. Di saat yang sama, Prancis juga berpotensi kehilangan destinasi ekspornya ke negara-negara Islam.
Berdasarkan data Observatory Economic Complexity (OEC) total ekspor Prancis ke negara-negara Islam dunia pada 2018 sudah mencapai US$ 41,1 miliar atau setara dengan lebih dari 7% total ekspor negara tersebut dan 1,4% dari output perekonomiannya.
RI memang mengecam keras sikap Prancis. Namun pemerintah sampai saat ini tidak mengambil sikap serupa dengan banyak negara Islam yang mengkampanyekan boikot produk Prancis.
Pada 2018 ekspor Prancis ke RI ditaksir mencapai US$ 1,68 miliar. Setahun berselang, ekspor Prancis ke Tanah Air tercatat naik menjadi US$ 1,8 miliar atau setara dengan Rp 26,1 triliun menggunakan kurs Rp 14.500/US$.
Indonesia dan Prancis memang punya hubungan perdagangan, tapi memang relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara Uni Eropa lainnya seperti Italia dan Jerman.
Produk Prancis yang paling banyak diimpor Indonesia adalah pesawat terbang dan komponennya yang mencapai lebih dari 45% dari total impor. Seperti diketahui bersama, Prancis memiliki perusahaan manufaktur pesawat terbang bernama Airbus yang bermarkas di Toulouse.
Berbagai maskapai penerbangan komersial domestik seperti Lion Air, Garuda Indonesia hingga Citilink banyak menggunakan pesawat terbang buatan Prancis tersebut yang sempat digunakan sebagai alat gertak ketika sawit RI terkena kampanye hitam dan dinilai merusak lingkungan oleh Uni Eropa.
Selain pesawat terbang, RI juga mengimpor berbagai produk lain yang rata-rata merupakan produk medis, bahan baku industri terutama untuk mesin dan peralatan listrik. Tak hanya itu produk-produk konsumen seperti minuman beralkohol, air dadih hingga kosmetik dan perawatan diri juga didatangkan RI dari Prancis.
Sebagai informasi berbagai produk kecantikan dan perawatan diri seperti L’Oreal hingga barang-barang fashion mewah buatan merek Louis Vitton juga dipasarkan di Indonesia.
BPS mencatat sepanjang Januari-Juli 2020 nilai total impor dari Prancis ke Indonesia mencapai US$ 682 juta, turun 17% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Produk yang diimpor Indonesia antara lain, senjata dan peluru 282,029 Kg, senilai US$ 71,9 juta. Selain itu, pulp and waste paper 111,8 juta kg, senilai US$ 45,9 juta. Juga ada impor mesin dan motor termasuk suku cadang 699.281 kg senilai US$ 436 juta.
Tercatat juga produk kesehatan dan farmasi sebanyak 681.044 kg, nilainya US$ 33,9 juta. Produk lainnya yaitu kedelai 120.743 kh nilainya US$ 73.370. Indonesia juga mengimpor mentega 286.790 kg nilainya US$ 238 juta. (*/Cnbc)