MALE – Ibrahim Mohamed Solih resmi dilantik sebagai presiden baru Maladewa pada hari Sabtu. Dalam pidatonya, dia memperingatkan kesulitan ekonomi, di mana kas negara sudah dikorupsi dan negara kini terjerat utang USD1,5 miliar (Rp21,9 trilun) kepada China atas pembiayaan proyek-proyek infrastruktur.
Maladewa, yang terkenal dengan resor mewahnya di pulau-pulau yang dikelilingi pohon palem, adalah negara terbaru dari sejumlah negara kecil di mana China telah menginvestasikan jutaan dolar untuk membangun jalan raya dan perumahan sebagai bagian dari proyek “Belt and Road Initiative”.
Tetapi, proyek-proyek itu membuat negara berpenduduk lebih dari 400.000 jiwa tersebut berada dalam jeratan utang. Pemerintah baru mulai menyerukan penyelidikan tentang bagaimana kontrak diberikan kepada perusahaan-perusahaan China selama pemerintahan sebelumnya.
“Ketika saya mengambil alih kursi kepresidenan, situasi keuangan negara genting. Kerusakan yang terjadi karena proyek-proyek yang dilakukan hanya untuk alasan politik, dan (menderita) kehilangan, sangat besar,” kata Solih dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden, seperti dikutip Reuters, Minggu (18/11/2018).
Perdana Menteri India Narendra Modi, yang berusaha untuk merebut kembali negara itu sebagai bagian dari wilayah pengaruhnya, adalah pengunjung asing peringkat tertinggi pada upacara pelantikan yang diadakan di sebuah stadion sepak bola di Ibu Kota Maladewa, Male.
Solih, seorang politisi veteran, memenangkan pemilu presiden pada bulan September lalu. Dia muncul sebagai kandidat oposisi yang melawan presiden Abdullah Yameen, politisi kuat yang mengarahkan negara tersebut untuk lebih dekat ke China.
Selama berkuasa, Yameen jadi sorotan masyarakat internasional karena memenjarakan saingan politik.
“Pundi-pundi negara telah kehilangan beberapa miliar rufiyaa (mata uang Maladewa) karena penggelapan dan korupsi yang dilakukan di berbagai tingkat pemerintahan,” kata Solih.
Dia mengatakan tidak jelas berapa banyak negara telah hilang “dijarah”. Tim transisinya mengatakan pada pekan ini bahwa akan ada forensik atas kesepakatan yang disegel oleh pemerintahan Yameen dengan perusahaan-perusahaan negara China.
Kekhawatiran besar bagi tim transisi Solih adalah utang negara yang besar, hasil pinjaman China untuk mendanai berbagai proyek seperti jembatan laut sepanjang satu mil yang menghubungkan bandara ke ibu kota, perluasan bandara, dan proyek perumahan besar-besaran di pulau-pulau reklamasi.
Tim transisi Solih mengaku telah diberitahu bahwa negara tersebut terjerat utang USD 1,5 miliar kepada China sebagai pemberi pinjaman. Utang sebesar USD1,5 miliar senilai lebih dari seperempat produk domestik bruto (PDB) tahunan negara tersebut.
Modi mengatakan kepada Solih bahwa India siap membantu Maladewa melewati kesulitan ekonomi. Kesediaan New Delhi itu disampaikan Kementerian Luar Negeri India dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan kedua pemimpin. (*/Sindonews)