BANTUL — Kanker masih menjadi momok yang menakutkan bagi orang orang di seluruh dunia. Pada tahun 2015, sekitar 8,8 juta nyawa melayang yang disebabkan oleh penyakit kanker. Lalu, perempuan menjadi korban paling banyak dari keganasan salah satu penyakit kanker, yaitu kanker payudara.
Sampai saat ini terapi kanker payudara masih pada kemoterapi, radiasi dan operasi yang memiliki efek samping cukup besar. Untuk itu, empat mahasiswa jurusan Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) membuat obat kanker payudara yang sangat efektif dan minim efek samping.
Mahasiswa itu adalah Siska Febdian Nitami, Anita Dessy Setiawati, dan Larasati Azzahra Sasmito, mahasiswa UMY yang menciptakan terobosan baru dalam dunia pengobatan di Indonesia. Siska menjelaskan bahwa metode pengobatan yang selama ini dipakai untuk menyembuhkan kanker payudara berupa obat-obatan kimia, radiasi maupun operasi yang memiliki efek samping cukup besar.
Untuk itu, Siska bersama dengan rekan – rekannya menciptakan terobosan baru berupa Tablet CaCi yang terbuat dari bahan alami. “Obat ini kami buat supaya penderita kanker payudara tidak mengalami efek samping setelah berobat,” ujarnya, Rabu (18/7).
Dalam pembuatan dan pengembangannya diharapkan tablet CaCi ini mampu menjadi solusi dalam terapi pada pasien kanker payudara yang murah dan minim efek samping. Tablet CaCi ini dengan bahan aktif kulit jeruk dan daun teh dan kemudian diuji dengan berbagai metode penelitian seperti uji KLT, Molecular Docking, Sitotoksik, Antioksidan, serta Formulasi Tablet.
Dengan metode-metode ini membuktikan bahwa ekstrak daun teh dan kulit jeruk memiliki efektivitas sebagai agen ko-khemotrapi. Melalui penelitian ini, diharapkan kedepannya kombinasi ekstrak etanolik kulit jeruk mandarin dan daun teh dapat dimanfaatkan dan dieksplorasi lebih luas lagi penggunaannya khususnya untuk pencegahan maupun pengobatan kanker payudara.
Siska pun berharap, dengan lolosnya penelitian yang ia kerjakan bersama dengan teman – temannya di tingkat nasional dan mendapatkan dana hibah dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Ristekdikti) untuk menunjang penelitian kedepannya. “Kami akan terus melanjutkan penelitian Caci ini, agar kedepannya menjadi lebih sempurna lagi,” tambahnya. (*/Republika.co.id)