LEBAK – Sepanjang 1.630 kilometer jalan poros Desa di Lebak harus dibangun alias dalam keadaan rusak.
Hal ini karena keterbatasan anggaran sehingga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) hanya mampu membangun 30 kilometer jalan poros Desa.
Selain faktor itu, PUPR juga sedang memprioritaskan jalan Kabupaten sepanjang 180 kilometer dalam keadaan rusak.
“Kami hanya mampu membangun sekitar 20-30 kilometer per tahun. Masih banyak jalan Desa yang belum kami bangun, baru tahun ini kami mengusulkan pembangunan jalan Desa,” kata Kepala PUPR Lebak, Irvan Siyantuvika kepada Fakta Banten, Selasa (7/1/2025).
Untuk dana pembangunan jalan poros Desa dan Kabupaten dianggarkan sekitar Rp 80 miliar. Rinciannya, Kabupaten Rp 60 miliar, dan Desa Rp 20 miliar.
Dilanjutkan Irvan, untuk jalan Kabupaten ada sekitar 180 kilometer yang masih dalam keadaan rusak.
“Karena kami memprioritaskan jalan Kabupaten yang 180 kilometer, maka untuk membangun jalan poros Desa perlu keterlibatan berbagai pihak yakni, Pemerintah Desa, Provinsi, dan Kabupaten,” jelasnya.
Ia menuturkan, total panjang jalan Kabupaten yang harus diperbaiki yakni panjang 760 kilometer.
“Nah, sisanya ada sekitar 180 kilometer, sebetulnya, jalan Kabupaten kita sudah dalam keadaan mantap sekitar 75 persen, dan nilai mantap secara skala nasional yakni ada diangka 60 persen,” paparnya.
Irvan menambahkan, untuk membangun jalan poros, pemerintah Desa harus turut berkontribusi.
“Misal gini, ada 5 kilometer jalan poros Desa yang harus dibangun, kemudian pemerintah Desa tidak mampu, maka bisa mengajukan kepada Kabupaten, atau Provinsi,” terangnya.
“Karena berdasarkan peraturan baru, Provinsi bisa mengintervensi ke Kabupaten, dan Desa, kemudian pusat bisa mengintervensi ke Kabupaten dan Provinsi,” tutupnya.
Sementara itu, Sapei, warga sekitar mengatakan, kondisi jalan penghubung antar desa tersebut hampir tidak terlihat lapisan aspal, yang terlihat hanyalah tanah lumpur dan bebatuan serta lubang-lubang yang membahayakan pemotor.
“Panjang jalan tersebut kurang lebih sekitar 2 kilometer. Sehingga warga yang melewatinya harus ekstra hati-hati, apalagi kondisi sudah hujan jalan akan menjadi licin,” katanya.
Ia mengungkapkan, keberadaan jalan tersebut merupakan akses utama bagi sejumlah warga. Kerusakan jalan sudah berlangsung puluhan tahun dan belum pernah ada perbaikan.
“Kondisi jalan rusak sangatlah mengganggu aktivitas warga, seperti anak yang akan berangkat ke sekolah dan warga yang akan beraktivitas ke sawah dan ke pasar,” ujarnya. (*/Sahrul)