Harga Telur Menggila di Lebak, Telur Retak Jadi Incaran Warga Jelang Idul Adha

 

LEBAK – Menjelang Idul Adha 2025, harga telur ayam di Pasar Induk Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, menunjukkan tren peningkatan yang signifikan.

Dalam tiga hari terakhir, lonjakan harga membuat para pedagang dan pembeli harus memutar strategi agar tetap bisa memenuhi kebutuhan pangan.

Mista, salah satu pedagang telur di pasar tersebut, mengaku kaget dengan cepatnya kenaikan harga.

“Baru kemarin masih di angka Rp25 ribu per kilo, sekarang udah naik ke Rp26.500. Kalau tren kayak gini terus, bisa-bisa tembus Rp30 ribu sebelum lebaran haji,” kata saat diwawancarai pada Selasa (3/6/2025).

Dampak kenaikan harga tak hanya dirasakan konsumen, tetapi juga mengubah pola belanja. Menariknya, telur retak atau pecah kini malah jadi buruan.

Jika sebelumnya hanya pedagang jajanan kaki lima yang membeli telur pecah, kini warga rumah tangga pun mulai ikut mencari alternatif itu.

“Biasanya cuma pedagang telur gulung yang cari. Tapi sekarang ibu-ibu juga ikut beli buat masakan rumah. Soalnya telur pecah dijual lebih murah, dan lumayan masih bisa dipakai kalau masaknya langsung,” tutur Mista.

Ia menjelaskan bahwa telur pecah tidak selalu tersedia dalam jumlah banyak. Satu karton telur umumnya hanya memuat 2-4 butir telur retak.

Namun saat harga melonjak, permintaan bisa meningkat hingga satu karton khusus telur pecah ludes dalam sehari.

Mista mengaku omzetnya justru menurun meski barang laku, karena keuntungan dari telur pecah tidak sebanding dengan telur utuh.

Ia berharap ada perhatian dari pemerintah untuk menstabilkan harga menjelang hari raya besar keagamaan seperti ini.

“Ini tiap tahun kejadian, harga bahan pokok naik pas jelang Idul Adha. Tapi entah kenapa gak pernah bisa diantisipasi. Harusnya kan sudah ada rumusnya,” keluhnya.

Di sisi lain, pembeli seperti Dian mengaku sudah bersiap dengan kondisi ini. Ia membawa uang lebih dari rumah, meski tetap merasa keberatan.

“Ya memang sudah biasa naik. Tapi tetap aja berat. Telur itu kan kebutuhan dasar. Gak mungkin gak beli,” ujarnya.

Dian menolak membeli telur pecah karena khawatir soal kualitas dan daya tahan.

“Kalau buat langsung dimasak sih gak masalah. Tapi saya biasa nyetok seminggu. Telur pecah takut busuk atau gak higienis,” jelasnya.

Fenomena tahunan naiknya harga telur selalu menjadi perhatian menjelang hari-hari besar keagamaan.

Namun hingga kini, solusi konkret dari pemerintah belum juga terlihat. Warga berharap ada kebijakan yang bisa membuat harga bahan pokok lebih stabil dan terjangkau untuk semua kalangan. (*/Sahrul).

Idul AdhaLebakTelur
Comments (0)
Add Comment