LEBAK – Tahun 2020 menjadi saksi derita panjang bagi warga Desa Banjarsari, Kecamatan Lebakgedong, Kabupaten Lebak, Banten, setelah bencana longsor besar menghancurkan rumah-rumah mereka.
Sementara rakyat masih terus berjuang untuk bertahan hidup di hunian sementara (Huntara), ironi mencolok terlihat ketika bangunan pemerintah setempat berdiri megah.
Nestapa di Hunian Sementara
Longsor yang terjadi di awal tahun 2020 dipicu oleh hujan deras berkepanjangan, mengakibatkan bencana longsor.
Ratusan jiwa kehilangan tempat tinggal, dan banyak yang terpaksa tinggal di hunian sementara tanpa kepastian kapan bisa kembali ke kehidupan normal.
“Sudah hampir lima tahun kami di sini, tidur di tempat sempit, tanpa kepastian kapan bisa punya rumah lagi. Pemerintah datang, berjanji, tapi hingga kini tak ada realisasi nyata,” keluh Uyok seorang warga yang kehilangan rumahnya akibat longsor, Kamis (3/4/2025).
Di huntara yang dibuat seadanya, para korban longsor menghadapi berbagai tantangan.
Mulai dari minimnya pasokan makanan, keterbatasan air bersih, ancaman penyakit karena kondisi sanitasi yang buruk.
Harapan mereka hanya satu: hunian layak yang dijanjikan pemerintah sejak massa Presiden Jokowi.
Pembangunan Megah, Rakyat Menunggu Kepedulian
Di saat rakyat di Lebakgedong masih berjuang dalam kondisi darurat, sedangkan gedung penguasa berdiri kokoh, seolah penderitaan warga yang terdampak bencana hanya menjadi bayang-bayang.
Hal ini setidaknya terlihat jelas dari kondisi kantor Kecamatan Lebakgedong yang kini sudah memiliki bangunan baru bernilai miliaran rupiah.
Banyak pihak mempertanyakan keadilan dalam pembangunan.
“Kami melihat ada ketimpangan dalam prioritas anggaran. Seharusnya, sebelum membangun kantor, pastikan dulu rakyat punya tempat tinggal yang layak,” ujar seorang pengamat sosial, Wahyudi yang prihatin terhadap kondisi ini.
Di tengah situasi ini, muncul desakan dari berbagai kalangan agar pemerintah segera memberikan perhatian lebih kepada para korban bencana.
Bantuan bukan sekadar janji, tetapi harus diwujudkan dalam bentuk nyata: rumah permanen, fasilitas memadai, dan jaminan kehidupan yang lebih baik.
Harapan yang Masih Menggantung
Hingga kini, banyak warga Lebakgedong yang masih bertahan di hunian sementara tanpa kejelasan kapan mereka akan dipindahkan ke rumah yang lebih layak.
Mereka berharap pemerintah tak hanya berfokus pada kemegahan pembangunan, tetapi juga menepati janji-janji kepada rakyat kecil yang masih berjuang untuk sekadar bertahan hidup.
“Kami tidak butuh istana, hanya butuh tempat tinggal yang aman. Apakah itu terlalu sulit?” tanya seorang ibu, Omih dengan mata berkaca-kaca di depan huniannya.
Sekedar Informasi, pembangunan hunian tetap (huntap) bagi korban banjir bandang pada 2020 lalu, ditargetkan Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Kabupaten Lebak dilaksanakan awal 2025. Namun, hingga bulan April 2025 belum juga dilaksanakan. (*/Sahrul)