LEBAK– Kematian tragis Omih (38), warga Desa Cibungur, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, setelah digigit ular berbisa, kembali memicu perhatian publik terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan di daerah.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah prosedur penanganan korban gigitan ular di puskesmas, yang dinilai belum optimal.
Berdasarkan informasi dari pihak keluarga, Omih sempat dibawa ke Puskesmas Leuwidamar untuk mendapatkan pertolongan. Namun, karena tidak tersedianya serum anti-bisa nyawa Omih tidak tertolong.
Kejadian ini mendapat tanggapan dari kalangan mahasiswa di Lebak, yang menyoroti sistem prosedural dalam menangani korban gigitan ular.
Menurut Ketua Umum HMI MPO Cabang Lebak, Kandi Permana mengatakan, berdasarkan informasi sementara prosedur kesehatan memang terus berkembang, dan saat ini puskesmas tidak lagi menggunakan serum anti-bisa secara langsung, melainkan hanya melakukan observasi sebelum merujuk pasien ke rumah sakit yang lebih lengkap fasilitasnya.
“Saat ini, serum anti-bisa memang tidak lagi digunakan langsung di puskesmas. Prosedurnya hanya observasi awal, lalu pasien harus dirujuk ke rumah sakit. Tapi, ini tetap harus jadi perhatian karena banyak puskesmas yang jauh dari rumah sakit. Jika fasilitas rujukan tidak siap, nyawa pasien bisa terancam,” kata dia kepada Fakta Banten, Selasa (4/3/2025).
Ia meminta agar pemerintah daerah segera memperbaiki sistem rujukan dan memastikan setiap puskesmas di Lebak memiliki fasilitas yang lebih memadai untuk menangani kasus darurat, termasuk gigitan ular.
“Kami menyarankan agar fasilitas penanganan darurat di setiap puskesmas di Lebak diperkuat. Jangan sampai kasus seperti ini terus berulang dan memakan korban lagi,” tegas Kandi.
Kandi berharap DPRD Lebak turut mendorong Dinas Kesehatan untuk mempercepat pengadaan fasilitas yang memadai di seluruh puskesmas, terutama di daerah pelosok yang jauh dari rumah sakit rujukan.
Peristiwa ini menjadi peringatan penting bagi pemerintah daerah agar lebih serius dalam memastikan layanan kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat, sehingga tidak ada lagi korban yang kehilangan nyawa karena keterbatasan fasilitas medis. (*/Sahrul).