JAKARTA– “Politik dalam Islam berangkat dari tiga hal, yakni: masjid, sholat jamaah dan zakat.
Masjid bukan sekadar tempat ibadah ritual, tapi juga menyelesaikan problem masyarakat. Politisi Muslim harus mengaitkan dirinya pada masjid agar terkontrol dalam berpolitik,” demikian disampaikan Fery Mursyidan Baldan saat menjadi nara sumber seminar “Politik dalam Islam” di Universitas Paramadina, Jakarta, Sabtu (19/5) siang.
Lebih lanjut Fery menjelaskan bahwa sholat jamaah mengandungi dua nilai, yaitu kepantasan dan loyalitas. “Kepantasan terjadi pada pemilihan imam, di situ imam dipilih bukan karena banyak pendukungnya tapi pada kemampuannya. Sementara loyalitas terjadi saat makmum selalu mengikuti imam selama dia sesuai ajaran.”
Ketentuan dalam sholat jamaah, lanjut Fery, jika imam salah ada mekanisme untuk mengingatkan oleh makmum dan imam bisa memperbaiki antara lain dengan cara sujud sahwi. Kalau imam batal imam tidak akan ngotot melanjutkan kepemimpinannya. “Dia harus dengan kesadaran sendiri mundur, untuk digantikan makmum lain tanpa harus membubarkan barisan shalat jamaaah,” tegas Fery.
Terkait zakat, menurut Fery semestinya mengajarkan politisi muslim untuk tidak korupsi. “Hartanya sendiri saja harus dikeluarkan sebagian untuk orang lain, maka dia tidak akan berani mengambil harta bukan miliknya,” kata Fery.
Berikutnya, Fery menekankan dua tujuan politik Islam, yaitu rahmatan Lil Alamin dan amar maruf nahi munkar. Dalam kesempatan tersebut Fery mengkritik pihak-pihak yang menuduh umat Islam anti Pancasila. Padahal Pancasila itu sebuah ideologi yang sangat islami. Sayangnya saat ini Pancasila mulai luntur terutama sila permusyawaratan. Fery mencontohkan bagaimana Rasullullah bermusyawarah dengan pihak-pihak lain dalam menyelesaikan persoalan.
Demikian juga dengan pihak yang menuduh umat Islam tidak toleran. “Darimana ceritanya umat Islam tidak toleran. Coba baca sejarah bagaimana kakek kita memperjuangkan kemerdekaan di atas kebhinekaan.”
Sebaliknya Fery justru mempertanyakan pihak penuduh tersebut, “Yang bicara seperti itu di mana mereka lahir? Jangan jangan mereka tidak lahir di Indonesia.”
Secara tegas Fery menyatakan, bahwa pihak penuduh umat Islam intoleran justru bisa jadi tidak toleran. “Dia bangun rumah dengan pagar tinggi. Tidak kenal tetangga kanan kiri. Tidak pernah ikut kegiatan RW. Bahkan rumahnya dijaga anjing. Gitu kok bicara kebhinekaan dan toleransi.”
Karena itu Fery mengajak semua pihak untuk duduk bersama dan tidak terpancing provokasi pihak-pihak yg tak bertanggung jawab.(*)
Sumber: Kanigoro.com