JAKARTA – Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari merasa heran karena 2 video di akun YouTube-nya di-takedown YouTube.
Salah satu alasan videonya di-takedown adalah dianggap ragu akan pedoman rekomendasi WHO. Lalu, Siti pun mem-private videonya.
“Jadi sementara di-private dulu,” kata Siti Fadilah Supari saat berbincang, Senin (12/7/2021).
Dilihat di laman YouTube-nya, Siti Fadilah Channel, ada total 21 video, 3 kategori ‘Suara Rakyat’, dan 18 video kategori ‘Edukasi’. Hanya ada 2 video yang bisa dilihat utuh, yakni ‘Relawan Penelitian Imunoterapi dr Terawan’ dan ‘Ayo Hidup Normal Bersama COVID-19’. Sisanya disetel private.
“Video di-private karena sudah ada 2 video yang di-takedown YouTube. Satu video bersama Prof Nidom, yang soal herd immunity. Diberi peringatan karena tak sesuai dengan WHO,” ucap Siti Fadilah.
Prof Chairul Anwar Nidom adalah Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF). Video berjudul ‘Siti Fadilah & Nidom (part 1) lanjutan : Gagalkah Herd Imunity?’ itu dalam pernyataan pihak YouTube yang dikirimkan ke Siti Fadilah Supari via e-mail dihapus dengan alasan ‘konten tersebut melanggar kebijakan misinformasi medis kami’.
Alasan lanjutan bagaimana konten Siti Fadilah Supari itu melanggar kebijakan YouTube disebutkan adalah:
“YouTube tidak mengizinkan konten yang terang-terangan meragukan efektivitas pedoman yang direkomendasikan oleh otoritas kesehatan setempat atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang upaya pembatasan sosial dan isolasi mandiri, yang dapat menyebabkan orang-orang melakukan tindakan bertentangan dengan pedoman tersebut.”
Sedangkan satu lagi adalah video soal cuci hidung bersama dokter Indro Cahyono. Video yang berjudul ‘SFS & Indro Cahyono: Mencuci Hidung Mengusir Virus’ dinilai ‘konten tersebut melanggar kebijakan misinformasi medis kami’.
“Lha padahal kan cuci hidung pakai air garam itu juga hal yang lumrah dari dulu. Bener untuk mengurangi virus. Bagaimana saya bisa mengedukasi masyarakat kalau seperti ini,” tutur perempuan yang pada eranya menangani flu burung ini. (*/Detik)