Hewan Laut Terdampar, Pembawa Pesan Khusus dari Laut

JAKARTA – Sebanyak 49 paus terdampar di pesisir pantai di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Kamis (18/2/2021). Hanya tiga yang bisa diselamatkan kembali ke laut, sisanya mati. Hewan laut terdampar bisa karena banyak faktor, namun bisa juga menjadi alarm bagi manusia.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat selama kurun waktu 2015 sampai 2019, sedikitnya ada 55 kejadian hewan laut terdampar. Sebanyak 30 kejadian bahkan terjadi sepanjang 2019.

Jumlah ini meroket bila dibandingkan 2018 lalu dengan 16 kejadian. Angka lebih kecil terjadi pada 2017 lalu yaitu 5 kejadian, 4 kejadian pada 2016, dan 1 kejadian hewan laut terdampar pada 2015.

Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah kejadian terbanyak sebanyak 20 kejadian sepanjang 2015-2019. Selama 2019 di Jawa Timur sudah ada 9 hewan laut yang terdampar.

Data berbeda disajikan Whale Strading Indonesia. Website Whale Strading Indonesia dibuat untuk pendataaan hewan laut terdampar di Indonesia. Data yang dihimpun di laman itu dikumpulkan dan diverifikasi oleh para sukarelawan/wati dan ilmuwan/wati di Indonesia.

Data yang dimuat mulai tahun 1987 sampai 2019. Sepanjang 1987-2019 ada 446 kejadian. Di laman itu disebutkan pada 2019 ini sudah ada 30 kejadian hewan laut terdampar.

Pada 2018 lalu ada 69 kejadian dan pada 2017 ada 55 kejadian hewan laut terdampar. Bila ditarik sejak 1987-2019, kejadian hewan laut terdampar cenderung fluktuatif.

Namun, bila ditarik sejak 2013 sampai sekarang, grafiknya memiliki pola yang sama yaitu terus naik tiap tahunnya. Jenis hewan yang kerap terdampar adalah pesut Mahakam. Setelah itu ada paus sperma, dugong atau duyung.

Whale Strading Indonesia mencatat hewan terdampar paling banyak ada di Kalimantan Timur dengan 115 kejadian, disusul Bali dengan 63 kejadian, dan Aceh 31 kejadian.

”Whale Strading Indonesia selalu bekerja sama secara kolaboratif dengan pemerintah Indonesia terutama Kementerian Kelautan dan Perikanan dan para pihak lain untuk menjamin keberlangsungan hidupan liar di laut kita dan kesejahteraan masyarakat negeri ini,” tulis mereka.

Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cahyo Rahmadi menyebutkan terus meningkatnya hewan laut terdampar memiliki pesan khusus yang disampaikan laut kepada manusia yang perlu penyikapan.

Dia memastikan peningkatan jumlah kejadian ini semakin menunjukkan ada permasalahan serius yang saat ini belum banyak diketahui.

”Perubahan ekosistem laut akibat perubahan iklim, polusi, eksploitasi berlebih, perubahan tata guna laut, dan masuknya jenis asing invasif yang menyebabkan kepunahan menjadi hal yang patut disikapi serius,” jelas Cahyo.

Pendapat senada pernah disampaikan Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno pada Maret 2018 lalu. Kala itu sejumlah hewan laut terdampak di pantai.

Secara umum, hewan laut cenderung mencari tempat hidup yang menurutnya aman. Namun, sayangnya mereka seringkali tak bisa membedakan wilayah yang seharusnya tak ditempati.

Peneliti Mamalia Laut LIPI Sekar Mira menjelaskan beberapa faktor penyebab terdamparnya hewan-hewan laut itu. Salah satu faktor utamanya ialah lantaran kondisi laut yang kian tercemar.

”Dari kejadian terdampar ini bisa juga ada pengaruh polutan atau cemaran di laut kita. Jadi banyak banget faktornya. Bisa juga ini indikasi cuaca ekstrem, misal gempa dasar laut atau pasang surut ekstrem bisa berpengaruh,” ucap Sekar sebagaimana dikutip dari Detikcom.

Namun yang pasti, kematian hewan-hewan laut yang tak lazim itu menjadi alarm bagi manusia. Sebab, hal tersebut bisa menjadi indikasi ada sesuatu yang salah dengan kondisi laut saat ini.

“Yang kemarin-kemarin terdampar atau mati itu perlu kita selidiki lebih lanjut. Karena sebenarnya mereka bisa menjadi alarm atau pembawa pesan ada sesuatu yang salah di laut kita, bisa jadi indikasi dari fenomena ini,” jelas Sekar. (*/Red/Net)

BangkalanHewan lautMaduraPaus spermaTerdampar
Comments (0)
Add Comment