Kanigoro Affair, saat PKI Menyerbu Anak-anak PII di Masjid Selepas Subuh

FAKTA BANTEN – “Di era 1960an, gesekan antara massa pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan kelompok-kelompok penentangnya terus memanas. Tak jarang berujung bentrok antara kedua pihak. Saat PKI di atas angin, mereka yang menindas lawan-lawannya. Saat angin politik berubah, massa antikomunis ganti membantai orang-orang PKI”, tulis Ramadhian Fadillah di laman merdeka.com (8/9 2017).

Selanjutnya Fadillah menyatakan, para pelaku sejarah tak bisa melupakan tragedi di Desa Kanigoro, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang terjadi pada tahun 1965.

“Kami sudah berusaha mencoba melupakannya, tapi tragedi itu tetap saja tak bisa sirna dari ingatan masa lalu yang kelam itu,” kata Akhyar, salah seorang saksi mata Tragedi Kanigoro saat ditemui di MTs Negeri Kanigoro.

Pria berusia 59 tahun yang sehari-sehari bekerja sebagai tenaga pesuruh di Madrasah Tsanawiyah Negeri tertua di Kediri itu menuturkan, tragedi yang terjadi pada 19 Januari 1965 masih terekam jelas dalam ingatannya.

“Saat itu ada sekitar 100 orang PII (Pelajar Islam Indonesia) dari seluruh daerah di Jawa Timur yang sedang mengikuti rapat bersama di Masjid At Taqwa usai salat subuh. Tiba-tiba datang segerombolan orang berpakaian hitam-hitam menyerang mereka,” kata Akhyar yang saat itu bertugas mengamankan kegiatan tersebut.

Dia dan beberapa panitia keamanan acara tersebut tak berdaya menghadapi aktivis dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) berpakaian hitam-hitam dengan jumlah mencapai ribuan orang pimpinan Suryadi yang langsung menyeruak ke dalam masjid membubarkan acara PII itu.

“Saya dan beberapa teman langsung digelandang ke kantor kecamatan dan kantor polisi yang ada di Kras. Kalau saat itu kami melawan, sudah barang tentu banyak jatuh korban jiwa di pihak kami,” kata pria delapan anak dan tujuh cucu itu mengenang.

Karena masih tetangga dekat dengan Suryadi, Akhyar mengaku lebih beruntung dibandingkan dengan rekan-rekannya yang mengalami penyiksaan dalam peristiwa yang terjadi 42 tahun itu.

Dia menyebutkan, saat peristiwa itu terjadi, PKI telah menguasai seluruh pelosok Kediri, bahkan pejabat pemerintahan, kepolisian, dan tentara dikuasai oleh orang-orang dari partai pimpinan DN Aidit itu. Di Desa Kanigoro sendiri, perbandingan kalangan santri seperti Akhyar dengan orang komunis adalah 1:25.

“Sedangkan saat Tragedi Kanigoro itu terjadi, memang PKI sedang giat-giatnya memberangus orang-orang Masyumi. Mereka ini melihat PII sebagai underbouw dari Masyumi,” katanya menuturkan.

Dia mengakui, setelah meletus Gerakan 30 September 1965 atau G-30S/PKI, warga masyarskat kediri berhasil melakukan serangan balik dengan melucuti para pengikut PKI.(*)

Sumber: kanigoro.com

KanigoroPIIPKI
Comments (0)
Add Comment