Kejar Produksi Pangan, Mentan Minta Petani Kerja 24 Jam

JAKARTA – Menteri Pertanian Amran Sulaiman meminta petani untuk mengurangi jam tidur. Bahkan, ia meminta petani bekerja 24 jam penuh selama sehari untuk mengejar produksi pangan senilai Rp14 triliun pada tahun ini dan Rp30 triliun pada tahun depan.

Hal itu disampaikannya saat berdialog bersama petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) di Kecamatan Muara Padang, Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (28/8).

“Kalau bisa, 26 jam. 2 jam melamun, 24 jam bekerja. Kurangi tidur. Tidur dekat ekskavator (mesin pengeruk untuk penggalian) bareng pak Danramil. Bangun, kerja lagi. Dengan semangat kerja begini, Sumsel yang 5 besar penghasil pangan terbesar, nomor tiga di Indonesia bisa menjadi peringkat 1 pada 2020,” ujarnya.

Kementerian Pertanian, lewat Program Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani (Serasi) Sumsel, menggulirkan bantuan senilai Rp400 miliar berupa alat mesin pertanian, termasuk ekskavator, benih, dan penunjang lainnya. Program ini untuk meningkatkan masa panen dari satu kali menjadi tiga kali dalam satu tahun.

Ia mengklaim Program Serasi yang diterapkan di 200 ribu hektare (ha) lahan pertanian di Sumsel bisa meningkatkan pendapatan petani hingga Rp14 triliun pada tahun pertama dan mencapai Rp30 triliun pada tahun kedua.

“Kalau 200 ribu ha ini sukses, kami tambah menjadi 500 ribu ha. Selanjutnya, 1 juta ha. Itu hitung-hitungannya pendapatan petani meningkat menjadi Rp60 triliun-Rp100 triliun. Pangan kita aman, bisa ekspor, kemiskinan di pedesaan turun. Ada gerakan transformasi pertanian tradisional ke modern, dan menurunkan biaya produksi 50 persen,” ungkapnya.

Permintaan Amran agar petani bekerja 24 jam dilontarkan setelah Ketua Gapoktan Muara Padang Madtarli mengutarakan keinginan agar pemerintah menambah ekskavator dari 3 unit yang beroperasi saat ini. Alat ini dibutuhkan untuk menunjang pembuatan saluran air.

Menurut dia, dengan hanya 3 unit ekskavator yang ada, luasan saluran air yang dibangun di rawa-rawa yang baru dijadikan lahan garapan menjadi terbatas. Selain itu, luasan air tidak akan mencapai target dalam dua bulan ke depan.

“Kalau bisa ditambah lagi begitu, pak menteri, alat beratnya. Supaya lebih cepat bangun salurannya,” terang Madtarli sembari menambahkan bahwa jam kerja ekskavator saat ini delapan jam sehari.

Ia merespons kesanggupannya untuk memaksimalkan penggunaan alat berat sepanjang jumlah operator ditambah dan dibagi menjadi tiga shift, sembari mengingatkan bahwa petani juga harus ikut membantu kerja operator dan bekerja ekstra.

Sementara itu, Gubernur Sumsel Herman Deru berujar secara rinci 200 ribu ha lahan yang ditargetkan untuk Program Serasi tersebar di 9 kabupaten dengan bantuan 67 ekskavator.

Yakni, 82.559 ha di Banyuasin dengan bantuan 67 ekskavator, 12 ekskavator untuk 35.143 ha di Musi Banyuasin, 19 ekskavator untuk 67.948 ha di Ogan Komering Ilir, serta 1.200 ha di Ogan Ilir.

Selain itu, 6 ekskavator untuk 4 ribu ha di Ogan Komering Ulu Timur, 3 ekskavator untuk 1.000 ha di Musi Rawas Utara, 2 ekskavator untuk 5.850 ha lahan di Penukal Abab Lematang Ilir, 1 ekskavator untuk 300 ha lahan di Ogan Komering Ulu, serta 3 ekskavator untuk 2 ribu ha lahan rawa di Muara Enim.

“Sumsel menargetkan bisa menjadi provinsi peringkat 1 penghasil pangan di Indonesia. Pak menteri menantang target bisa dicapai pada 2020. Kami siap,” ujar Herman.

Ia menambahkan sektor pertanian memiliki potensi yang dapat menurunkan  angka  kemiskinan di Sumsel. Karenanya, pihaknya menyambut baik Program Serasi untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

“Jika sebelumnya kami produksi rata-rata 7 ton per ha, kami target jadi 8 ton per ha lewat program ini. Pemerintah provinsi akan mendorong petani untuk bisa lebih modern, menggunakan alsintan dengan benar dan pengukuran PH air yang baik sebelum menebar benih,” tandasnya. (*/CNN)

MentanPetani
Comments (0)
Add Comment