FAKTA BANTEN – Sebanyak 183 peserta Leadership Basic Training (LBT) Pelajar Islam Indonesia (PII) Kota Pontianak tiba-tiba mendapat kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof Muhadjir Effendy disaat LBT tengah berlangsung di SMAN 1 Pontianak, Kamis (28/12/2017) kemarin.
Seluruh siswa peserta LBT, sangat senang bukan kepalang karena mendapat kunjungan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Kedatangan Muhajir Effendi di lokasi LBT sekitar pukul, 19.30 wib disambut langsung Ketua Umum Pengurus Wilayah Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PW KB PII) Kalbar, Dr Aswandi dan Ketua Umum Pengurus Cabang Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PC KB PII) Kota Pontianak, Untung Surya.
Selain itu, hadir juga Ketua Umum Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PW PII) Kalbar, Dede Ari Kusuma dan tokoh masyarakat Kalbar lainnya.
Saar tiba di Amphiteater SMAN 1 Pontianak, Muhajir langsung menceritakan jika ia adalah kader PII dan ia mengikuti LBT ketika ia masih duduk di kelas tiga SMP.
Ia menceritakan jika PII adalah organisasi yang telah mendidiknya terutama mengenai leadership. Ia pun menegaskan di PII sangat cocok untuk mendidik karakter apalagi saat ini pemerintah tengah gencar-gencarnya menggaungkan pendidikan karakter.
“PII sudah ada sejak 1947 dan dua tahun setelah merdeka. Didiklah anaknya di PII yang organisasi jelas dan jangan biarkan generasi penerus bangsa kita dididik oleh organisasi yang tidak jelas,” ucapnya dihadapan para peserta LBT PII Pontianak.
Dihadapan peserta LBT Pontianak, Muhadjir juga berpesan agar tidak menyia-nyiakan waktu belajar dan siap untuk menjadi pemimpin masa depan Indonesia.
“Jadi Leadership Basic Training itu merupakan latihan dasar untuk menjadi pemimpin agar kelak naluri kepemimpinannya saudara terasah, karena setiap orang merupakan pemimpin hanya saja ada yang bagus dan tidak, tapi dengan memiliki jiwa kepemimpinan yang bagus tapi tidak diasah juga tidak akan tumbuh menjadi pemimpin sejati, tapi sebaliknya dengan diasah jiwa kepemimpinannya bisa jadi bagus juga,” ungkapnya.
Muhadji menekankan kader Pelajar Islam Indonesia itu harus sadar kalau dirinya adalah pemimpin di masa depan yang tidak hanya memerlukan modal nekat saja tapi berani bergerak.
Sebagai Keluarga Besar PII, Muhadjir juga mengingatkan pada para kader PII pentingnya memahami perbedaan dan keberagaman yang ada di Indonesia dan setiap kader PII siap hidup dalam keberagaman. Makanya di PII haris ditanamkan sejak dini mengenai toleransi dan perbedaan.
Organisasi-organisasi di nilainya penting untuk dikembalikan sebagai ekstrakulikuler disekolah. Karena didalam organisasi akan membentuk karakter. Oleh karena itulah ia berpesan jangan sampai generasi islam dan generasi Indonesia umumnya salah asuh sehingga menjadikan anak bangsa kehilangan jati diri.
“Sebelum saya menjadi mentri saya pernah menulis pentingnya organisasi-organisasi dalam pendidikan kita dan inilah contohnya seperti LBT PII dan PII harus memperkenalkan dirinya pada masyarakat, sehingga orang tau keberadaan PII, banyak orang-orang PII seperti Jusuf Kalla, Sofyan Djalil dan banyak lagi lainnya. Makanya PII harus menunjukkan dirinya,” ujar Muhadjir.
Sementara Ketua Umum Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia Kalbar, Dr Aswandi menuturkan jika saat ini PII harus mulai bangkit, melihat dinamika pelajar yang sangat memprihatinkan saat ini.
“Kondisi pelajar saat ini sangat memprihatinkan, maka sangat bangga kita kalau PII bangkit. Saya khawatir pelajar islam saat ini dibina oleh orang yang tidak paham mengenai ajaran agama itu sendiri,” ujar Dr Aswandi yang merupakan Pembantu Rektor I Untan dan juga sebagai pengamat pendidikan Kalbar.
Ia berharap kedepan sekolah yang ada di Pontianak memberikan fasilitas untuk PII menyelenggarakan kegiatan. Dirinya juga meminta pembinaan terus dari menteri pendidikan pada kader PII seperti Bela Negara dan Pendidikan Karakter. (*/Tribunnews.com)