MATARAM – Ulah Sabar Nababan ini boleh dibilang nekat. Dosen perguruan tinggi di Kota Mataram ini mendeklarasikan sebuah agama baru yang disebutnya dengan Agama Angkasa Nauli (AAN). Ajaran Angkasa Nauli dengan kitab suci bernama “kebenaran” disebar melalui media sosial sejak Jumat lalu (17/3). Sedangkan dia sendiri memposisikandiri sebagai tuhan.
Anehnya lagi, dalam posting-annya, Sabar menampilkan daftar jemaat dan pengurus AAN. Di antaranya, RN sebagai pemimpin, JL sebagai penyebar, ST sebagai seksi perlengkapan, DC sebagai seksi keamanan, TM sebagai seksi perencana, dan MA sebagai seksi dana.
Menyikapi deklarasi itu, polisi bergerak cepat. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di tengah-tengah masyarakat, aparat dari Polsek Ampenan meminta konfirmasi langsung kepada yang bersangkutan di kediamannya di Jalan Sunan Ampel II Bumi Kodya Asri, Kelurahan Jempong Baru, Kota Mataram.
“Kami sudah meminta konfirmasi langsung kepada yang bersangkutan. Yang bersangkutan sudah mengakui bahwa dia sudah mendeklarasikan lewat Facebook tentang agama barunya,” ungkap Kapolsek Ampenan Kompol R. Sudjoko Aman kemarin (19/3).
“Kami sudah melakukan koordinasi dengan aparat pemerintahan. Karena ini ranah Departemen Agama, kami melakukan koordinasi dengan tingkat kecamatan, baik camat maupun lurah, dan KUA setempat”.
Sabar Nababan mengaku dirinya telah mendapat bisikan sehingga melakukan hal itu.
Meskipun demikian, polisi belum melakukan tindakan lebih jauh kepada Sabar. Misalnya melakukan penahanan atau interogasi. “Belum ada langkah untuk melakukan penahanan karena ada keterangan dari istrinya bahwa Sabar baru keluar dari RSJ,” ujarnya.
Polda NTB memastikan akan melakukan pengusutan terhadap ajaran AAN tersebut. Pengusutan itu perlu dilakukan karena adanya keresahan di tengah masyarakat terkait dengan ajaran tersebut. “Ya iya lah (kami usut),” kata Dirreskrimum Polda NTB Kombespol Irwan Anwar kepada Radar Lombok saat dimintai konfirmasi melalui pesan pribadi kemarin.
Sejak mendeklarasikan agama baru, warga melalui kepala lingkungan dan ketua RT setempat mencoba menemui SN, namun yang bersangkutan menolak ditemui.
Sabar Nababan sendiri di mata warga sekitar dikenal sebagai figur tertutup. Dia jarang berinteraksi dengan warga apalagi ikut di berbagai kegiatan sosial di lingkungan setempat. ”Jarang bergaul dengan warga,” tutur seorang tetangganya. Sabar yang bergelar master teknik ini pernah menempuh pendidikan S3 di Thailand, namun tidak selesai. (*)
Sumber: kanigoro.com