JAKARTA — Muktamar XXXIII Pelajar Islam Indonesia (PII) resmi dibuka di Jalan Cempaka Putih, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta, dan akan berlangsung hingga 2 Desember 2025.
Forum dua tahunan ini kembali jadi titik kumpul para kader dari seluruh Indonesia untuk merumuskan arah gerakan pelajar di tengah dinamika era disrupsi.
Tema besar yang diangkat tahun ini, “Resonansi Profetik dan Roadmap Resiliensi: Meneguhkan Gerakan Pelajar Islam di Era Disrupsi Menuju Indonesia Emas 2045,” langsung jadi sorotan dan landasan pembahasan muktamar.
Acara pembukaan berlangsung hangat dengan hadirnya delegasi dari berbagai Pengurus Wilayah (PW) seperti PW Sumatera Barat, PW Jawa Tengah, PW Jawa Timur, dan beberapa PW lainnya.
Sejumlah Pengurus Besar PII juga tampak hadir, menegaskan pentingnya forum ini sebagai arena konsolidasi nasional.
Selain itu, beberapa unsur keluarga besar PII, termasuk perwakilan dari Bakomubin dan tokoh senior lainnya, turut hadir memberikan dukungan moral dan semangat kepada para peserta.
Dalam sambutannya, Ketua Organizing Committee (OC), Walid Iskandar, menegaskan posisi panitia sejak awal.
Ia menyampaikan bahwa OC bekerja untuk mengawal keinginan Pengurus Wilayah agar muktamar tetap terlaksana sesuai mandat organisasi.
“OC itu cuma ngejalanin. Yang punya forum ya Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah, dan Pengurus Komisariat. Dan forum besar ini juga dihadiri Pengurus Besar. Jadi tugas kita ngawalin biar muktamar ini tetap jalan,” ujar Walid, saat memberikan sambutan pada Jumat (29/11/2025).
Walid menjelaskan bahwa berbagai dinamika sebelum pelaksanaan muktamar tidak mengurangi tekad panitia untuk memastikan forum tertinggi organisasi ini tetap berlangsung dengan tertib dan representatif.
Menurutnya, dari muktamar inilah arah gerakan dua tahun ke depan akan ditentukan.
Sementara itu Ketua Steering Committee (SC), Muhammad Azzam Al-Ghozali, dalam sambutannya menjelaskan dasar pemilihan tema besar muktamar.
Ia menekankan bahwa tema ini lahir dari kebutuhan nyata gerakan pelajar dalam menghadapi perubahan sosial yang cepat dan penuh tantangan.
“Era disrupsi itu menyapu semua aspek kehidupan. Kalau PII mau tetap relevan, kita butuh resonansi profetik sebagai nilai dasar, dan roadmap resiliensi sebagai panduan langkah nyata menuju Indonesia Emas 2045,” jelas Azzam.
Ia menambahkan bahwa muktamar ini diharapkan mampu merumuskan arah baru yang lebih adaptif, strategis, dan tetap berpegang pada nilai-nilai keislaman dalam membentuk generasi pelajar yang kokoh dan visioner.
Selain unsur wilayah dan pusat, kehadiran keluarga besar PII seperti Bakomubin serta beberapa senior PII lainnya memberikan warna tersendiri dalam pembukaan. Mereka hadir sebagai simbol kesinambungan sejarah dan peneguhan komitmen kaderisasi lintas generasi.
Salah satu tokoh keluarga besar menyebut bahwa muktamar bukan sekadar forum formal, tetapi ruang penting untuk menjaga kesinambungan nilai dan visi organisasi agar tetap relevan bagi zaman.
Setelah pembukaan, rangkaian sidang komisi, pembahasan rekomendasi, dan agenda strategis lainnya siap digelar hingga awal Desember.
Para peserta juga berharap forum ini menghasilkan rumusan yang kuat untuk memperkuat kapasitas kader, memperjelas arah gerakan, dan menyusun langkah-langkah konkret menghadapi tantangan era digital.***