Pada hari yang sama, Anton memutuskan menghubungi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)—pengirim reagen itu—guna mengembalikan semua barang yang diterima dengan alasan, “Kami ragu, khawatir salah diagnosis kalau pakai alat ini.”
Tiga bulan kemudian, persisnya Rabu 23 Desember 2020, Anton menceritakan kembali momen itu.
“Kami waktu itu khawatir salah diagnosis. Bahkan, hari itu, pemeriksaan di Balitbangkes sempat tertunda beberapa jam. Pasien yang mau operasi atau yang meninggal kan butuh hasil cepat-cepat,” kata dia.
Kepusingan Anton kembali bertambah, karena BNPB menegaskan 12.997 unit reagen Sansure tak bisa langsung dikembalikan. Barang-barang itu baru bisa dikembalikan setelah ada penggantinya.
Dalam kondisi pandemi yang membutuhkan reagen dalam waktu cepat, Anton tidak bisa berharap sepenuhnya kepada BNPB.
Balitbangkes Papua memilih untuk mengadakan reagen sendiri. Anton lantas berinisiatif membeli reagen merek Fortitude, yang merupakan produk asal Singapura.
“Kami beberapa kali menggunakan reagen itu,” kata Anton.
Persoalan seperti itu ternyata tak hanya terjadi di Papua. Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BBPTKLPP) Jawa Timur mengalami hal serupa.
Koordinator Tata Usaha sekaligus penanggungjawab Penanggulangan Covid-19 BBPTKLPP Jawa Timur, Joko Kasihono menjelaskan, lembaganya menerima bantuan reagen Sansure dan Liferiver dari BNPB dalam rentang waktu April – Mei 2020.
Kala itu, Jawa Timur mengalami lonjakan kasus positif corona yang cukup tinggi. Dalam satu hari, BBPTKLPP menerima 5.000 sampel untuk diuji.
BNPB kemudian mengirimkan 9.600 unit reagen, terbilang banyak, karena laboratorium BBPTKLPP juga ditunjuk untuk memeriksa sampel pasien wilayah Bali hingga Nusa Tenggara Barat.
Jumlah itu, kata Joko, cukup untuk satu bulan. Namun, ketika melakukan optimasi atau upaya mencocokkan mesin PCR dan reagen, hasilnya reagen tersebut tak dapat dipakai.
“Kami coba berkali-kali, ternyata hasilnya tidak bisa memenuhi standar,” kata Joko Kasihono.
Menurut Joko, reagen Sansure merupakan alat dengan sistem tertutup. Sementara mesin PCR BBPTKLPP bersistem terbuka. Sistem tertutup merupakan alat yang hanya dapat dipakai untuk satu jenis merek mesin tertentu.