Transformasi Perbankan Digital untuk Inklusi Keuangan

Oleh: Muhammad Shodiq

Perbankan digital bukan hanya terkait dengan tren pasar perbankan dan keuangan masa depan. Hal ini merupakan agenda wajib setiap perbankan untuk memperbaiki pola pendekatan dan hubungan dengan nasabahnya. Pada tahun 1994, Bill Gates membuat pernyataan provokatif dan sampai saat ini masih menjadi kontroversi bahwa di masa depan perbankan masih dibutuhkan tapi bank sudah tidak dibutuhkan lagi. Jack Ma, pendiri Alibaba juga membuat pernyataan yang kritis bahwa jika bank tidak berubah, maka kita yang akan mengubah bank.
Sebuah penelitian mengukur kapasitas beberapa bank besar di Amerika Utara, Eropa dan Australia dalam hal pembukaan rekening bank secara digital. Laporan penelitian tersebut membuat peringkat dan membandingkan kemampuan akuisisi nasabah secara digital baik dalam hal variasi produk maupun kualitas fitur layanannya. Sepertiga dari bank yang di survei tersebut telah mampu melakukan digitalisasi perbankan segmen produk perbankan konsumer dalam hal pembukaan rekening dan pengajuan pinjaman. Namun demikian, lebih dari separuh bank yang disurvei tersebut tidak memiliki fitur perbankan konsumer secara digital. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa mayoritas bank-bank tersebut gagal mengkapitalisasi investasi mereka di bidang digitalisasi perbankan. Hasilnya 70% sampai dengan 90% nasabah memilih tidak melanjutkan prosesnya ketika mencoba untuk membuka rekening secara online.

Inovasi disruptif teknologi telah memaksa seluruh industri untuk melakukan revisi terhadap model bisnis mereka atau bahkan mengubah bisnis modelnya. Perbankan yang masih secara konvensional menggunakan IT untuk sekedar mendukung operasional dan proses automasi telah mengalami ketertinggalan terhadap inovasi digital terutama pada saat ini nasabah tidak lagi berkenan untuk membayar fee atas jasa dan layanan perbankan yang merupakan salah satu sumber utama pendapatan bank. Margin pendapatan bank semakin tipis dengan semakin berkurangnya tingkat suku bunga dan imbal hasil perbankan akibat semakin ketatnya persaingan dengan perusahaan non bank dan perusahaan Fintech. Transformasi digital perbankan sudah menjadi sebuah keharusan.

Perusahaan Ant Financial Services group yang sebelumnya dikenal sebagai Alipay dana didirikan oleh Jack Ma, saat ini telah memiliki nilai valuasi sejumlah 60 miliar dollar AS merupakan salah satu perusahaan swasta dengan nilai valuasi tertinggi di dunia. Ant Financial telah memiliki seluruh rangkaian produk dan jasa keuangan mulai dari jasa pembayaran, pembiayaan, wealth management, credit scoring, crowdfunding, produk pasar uang sampai asuransi. Produk pasar uang Ant Financial telah tumbuh menjadi pasar uang terbesar di dunia dengan nilai mencapai 165 milliar dollar AS di kuartal pertama tahun 2016. Penjualan m-commerce nya juga tumbuh dengan sangat cepat mencapai 150 milliar dollar AS di tahun 2015 dengan jumlah pengguna aktif mencapai 450 juta orang.
Mereka juga menyediakan layanan pembiayaan mikro dengan total penyaluran mencapai 900 milliar RMB dengan total nasabah 5 juta dengan tingkat kredit macet yang sangat rendah hanya sekitar 2 sampai 4 persen saja.

Indonesia memiliki potensi ekonomi dan potensi pasar keuangan dan perbankan yang sangat besar. Penetrasi handphone mencapai 99 persen dengan 28 persen smartphone dan 71 persen mobilephone. Namun demikian level penetrasi perbankan masih sangat rendah sekitar 30 persen rasio antara total pembiayaan bank terhadap total PDB. Tingkat inklusi keuangan Indonesia juga masih sangat rendah, terdapat 83 persen masyarakat yang belum memiliki fasilitas pembiayaan dari bank dan 53 persen masyarakat yang masih belum memiliki fasilitas produk tabungan, giro maupun deposito bank. Tingkat kedalaman produk keuangan Indonesia juga masih sangat rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya di ASEAN. Rasio kedalaman keuangan dihitung berdasarkan rasio kapitalisasi pasar saham terhadap PDB, rasio obligasi terhadap PDB dan rasio pasar uang terhadap PDB.

Industri perbankan harus membuat terobosan bisnis model perbankan digital dengan menjadikan kebutuhan nasabah sebagai dasar acuan perubahan yang mencakup keseluruhan kebutuhan transaksi keuangan nasabah mulai dari pembayaran uang sekolah, rumah sakit, belanja online, transaksi pembayaran, transaksi pengiriman uang, transportasi, pembayaran tol, pembayaran angsuran, pengajuan pembiayaan baik tujuan konsumsi maupun tujuan usaha, pasar uang, asuransi, produk pasar modal serta wealth management.

Ada empat hal penting dalam menunjang kesuksesan transformasi digital perbankan yakni mencakup struktur organisasi, teknologi, proses dan SDM.

Struktur, tantangan utama yang dihadapi oleh perbankan adalah perubahan struktur organisasi agar dapat mendukung transformasi digital tersebut dengan penerapan data analitik, cloud, kecerdasan buatan (artificial intelligent), big data, blockchain,dsb. Banyak bank yang gagal untuk melakukan transformasi digital karena lamban dalam mengadopsi hal tersebut dalam proses manajemen resiko, kredit, proses bisnis maupun operasional yang mengakibatkan lambannya seluruh proses bisnis maupun operasional bank tersebut padahal tingkat ekspektasi nasabah sudah semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi digital tersebut. Bank masih terkotak-kotak oleh segmen bisnis, jenis produk, pola distribusi dsb. Oleh karenanya perubahan struktur organisasi merupakan keniscayaan dalam keberhasilan proyek ini.

Teknologi, data analitik telah digunakan secara massif dalam dunia marketing, kebijakan kredit dan manajemen resiko. Data analitik digunakan sebagai sebuah alat untuk lebih memahami perilaku dan preferensi sehingga bank dapat memberikan penawaran produk dan jasa yang sesuai dengan profil nasabah secara tepat sasaran, cepat dan akses yang sangat mudah serta proses yang sederhana. Pengukuran tingkat kelayakan kredit juga dapat dikembangkan dengan assessment kredit berdasarkan data analitik sehingga hal ini juga bisa mendorong pertumbuhan kredit perbankan secara massif dengan tingkat kualitas yang dapat ditolerir.

Proses, bank harus bisa mengembangkan suatu mekanisme proses yang berorientasi pada nasabah sehingga bank dapat memberikan tingkat pelayanan yang tepat dengan harga yang tepat dan dalam waktu yang singkat sesuai dengan masing-masing profil resiko dan kelayakan nasabah.

SDM, transformasi digital perbankan membutuhkan karyawan dengan tingkat keahlian dan kompetensi khusus sesuai dengan kebutuhan proses digitalisasi tersebut. Oleh karenanya perencanaan SDM menjadi sangat penting untuk memastikan perubahan organisasi dapat berjalan sesuai dengan visi –misi organisasi. Pengembangan SDM secara internal merupakan sebuah keharusan untuk tetap menjaga moral bekerja para karyawan. Namun demikian, rekrutmen profesional merupakan hal yang tidak dapat dihindari jika tidak terdapat talent yang memadai untuk memastikan proses transformasi berjalan sesuai rencana.

Muhammad Shodiq
Vice President- Micro Small & Medium Enterprises & Syariah Academy Head CIMB Niaga Indonesia. Penulis buku Islamic Banking & Finance in Indonesia: A Critical Analysis. Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis. Artikel dimuat di The Jakarta Post edisi 13 September 2017 dengan judul “Digital banking changes for financial inclusion”

Sumber: kanigoro.com

PerbankanUang Digital
Comments (0)
Add Comment