*) Oleh: Mokhlas Pidono
KONTESTASI PILKADA KOTA SERANG akan dikenang banyak orang. Bukan karena Pilkada Kota Serang tidak berhiaskan calon tunggal, melainkan karena ada persaingan ketat dalam perhelatannya, antara 3 pasangan calon yang bertarung.
Pilkada Kota Serang tahun 2018 telah membuka mata banyak orang, memberikan pendidikan politik yang baik, menegaskan kepada kita semua bahwa rakyat biasa juga bisa berkompetisi dan menuai banyak simpati.
Sejak awal, hadirnya pasangan calon dari jalur perseorangan atau independen yaitu Samsul Hidayat – Rohman dengan jargon BUYA (Berani, Unggul, Yakin, Amanah) banyak dicibir berbagai kalangan, diremehkan bahkan tak diperhitungkan. Sejak pengumpulan dukungan KTP, tak sedikit yang meragukan akan lolos dan bisa menjadi kontestan Pilkada.
Namun perlahan pandangan remeh terbantahkan dengan fakta dukungan melebihi syarat minimal yang ditetapkan KPU, sampai pada akhirnya ditetapkan sebagai calon dengan nomor urut 2.
Sejak penetapan calon, pandangan remeh tak berhenti begitu saja, mata mengerling sinis dan penuh pandangan meragukan. Black campaign tak berhenti mendera sampai menjelang pencoblosan. Fitnah boneka tak jua berhenti menerpa untuk dua anak muda yang punya niat tulus ingin menjadikan Kota Serang bercahaya. Sangat bisa dimaklumi, siapa tak percaya dengan fitnah boneka, seorang guru SMP dan Dosen non PNS sebuah perguruan tinggi negeri, berani maju dalam Pilkada. Dari mana punya dana? Terlebih di tengah hiruk pikuk Demokrasi Liberal yang makin materialistis.
Namun, patut kita ketahui bahwa relawan dan simpatisan yang tulus berjuang banyak yang bergerak dengan merogoh kantong sendiri, minum, makan dan ngopi tanpa menadah pada Pasangan Calon ini. Sejatinya, inilah kekuatan yang murni, kekuatan hati yang saling terikat simpati dan visi misi yang sama, bahwa Kota Serang harus berubah melalui tangan pemimpin muda yang berani, ungggul, yakin dan amanah.
Boneka yang terus dihembuskan kini juga terbantahkan, boneka siapa? Yang mana? Bentukan yang berkuasa? Seandainya boneka, calon yang membentuknya harusnya yang jadi pemenang. Dan BUYA mungkin hanya dapat 7-10 % suara sebagaimana akumulasi 3 calon independen pada tahun 2013.
Pada tahun 2013, Pilkada Kota Serang diketahui ada 3 calon independen yang mendapatkan suara tertinggi tak lebih dari 13 ribu suara, 9 ribu suara bahkan 4 ribu suara yang jika digabungkan tak lebih dari 10% suara dari pemilih sah.
Namun di Pilkada kali ini, dari hasil hitung cepat KPU Kota Serang sendiri, BUYA sebagai calon independen terbukti mendapat dukungan besar dari pemilih. Sebanyak 82.030 telah diraih, setara dengan 29,16% dari suara sah pemilih. Raihan yang tak bisa dipandang remeh, dan bahkan membuat banyak pihak heran dengan ini.
Dari sejak kampanye, BUYA paling sedikit melakukan pelanggaran, datanya tentu ada di Panwaslu Kota Serang. Tak melakukan kampanye akbar, melainkan kampanye tertutup yang tak mengganggu ketertiban. Dari pagi sampai subuh lagi, BUYA aktif bersosialisasi ke masyarakat. Visi misi terpampang jelas sejak awal, program begitu transparan agar rakyat bisa menagihnya tatkala ditakdirkan jadi nanti. Jelas, ini warna yang berbeda yang disuguhkan BUYA, sejauh Pilkada yang saya ikuti di Provinsi ini.
Karakter masyarakat kita memang mayoritas akan “percaya setelah ada bukti”. BUYA sudah membuktikan diri bahwa mereka bukan boneka, melainkan petarung dan negarawan sejati. Saya yakin ada beberapa yang menyesal tidak memilih pasangan ini dan menyesal telah percaya isu boneka bahkan yang dihembuskan dalam pengajian. Mereka harus minta maaf kepada pasangan ini sebelum Allah SWT bersedia memaafkan, meski BUYA tak akan pernah mendendam.
Pilkada Kota Serang telah usai masa pencoblosan dan telah melahirkan pemenang. Meski belum penetapan dan pelantikan, namun dengan karakter kuat dan niat ikhlas sejak awal, BUYA telah mengucapkan selamat atas kemenangan lawan politiknya. Tak banyak yang begitu cepat menyatakan dan mengakui kekalahan, jika bukan karakter orang yang berjiwa besar, karena sejak awal BUYA sudah berkomitmen, siap menang dan siap menerima kekalahan.
Samsul Hidayat – Rohman sudah menunjukan kelasnya, mereka juga sudah menyatakan bahwa BUYA akan tetap terus ada, tinggal kita tunggu saja apa bentuk pengabdiannya.
BUYA adalah kumpulan masyarakat Kota Serang yang menyatakan diri dan memantapkan hati sebagai keluarga. Kami bangga menjadi pemain dalam lapangan perjuangan untuk perubahan. Kami tak bersedih berlarut-larut karena kekalahan, BUYA membuka mata dan memberikan pendidikan politik yang luar biasa di Kota Serang.
Akhirnya, selamat untuk pasangan calon nomor urut 3, H. Syafrudin – H. Subadri Usuludin (Aje Kendor) yang sejauh ini menjadi pemenang. Semoga bisa mengemban amanah dengan baik untuk membenahi Kota Serang lebih baik, tentunya kita sebagai masyarakat harus mengawal dan mengawasi bahkan memberikan kritik yang membangun jika ada langkah melenceng dalam masa kepemimpinannya.
Semoga Kota Serang yang beradab dan berbudaya, bisa mereka wujudkan dalam waktu 5 tahun kedepan. Aamiin (***)
*) Penulis adalah Masyarakat Kota Serang / Keluarga Besar BUYA