Oleh: Emha Ainun Nadjib
Sebelum Indonesia menjadi “Juara Dunia” kapan-kapan nanti, mohon pahami bahwa Indonesia dan Islam tidak boleh eksis sebagai dirinya sendiri. Indonesia dan Islam harus menjadi Indonesia Islam menurut versi penguasa dunia. Itu dasar dan latar belakang untuk memahami, menghitung dan memetakan seluruh sejarah NKRI dan dunia.
Satu-satunya yang bisa membatalkan itu adalah irodah, amr dan hidayah Tuhan agar para penguasa itu menerima Indonesia dan Islam sebagaimana Tuhan memaksudkannya.
NKRI adalah negara favorit kuasa langit, entah yang penguasanya Tuhan Yang Maha Esa, Brahma, Sang Hyang Widhi, Tuhan Bapa, Yesus Kristus, Roh Kudus atau Allah swt, bahkan mungkin Yehova dan Yahwe. Atau mereka semua berkoalisi untuk bersama-sama menyayangi Indonesia.
Narasi Impian 2085 memperlihatkan betapa Indonesia adalah pusat kemajuan dan keindahan. Bak dongeng nan mempesona. Penguasa langit bikin game atau dolananyang mengasyikkan, demi menggembirakan ummat manusia, yang merupakan makhluk kanak-kanak abadi. Game itu olah kecerdasan, kepekaan, ketajaman dan kreativitas. Dolanan itu harus tekun dan sungguh-sungguh. Tidak ada permainan yang boleh dilakukan dengan main-main.
Di antara para birokrat dan aparat langit, tokoh seniornya dikasih peran palingcengkar berinisial “Is”. Gara-gara dia gagal paham terhadap konsep penciptaan densitas positif-negatif, gelap-terang, baik-buruk, benar-salah, dengan dialektika dan sintesisnya. Itulah desain chaos and order, yang kalau dikelola justru menjadi pemancar cahaya: tanyakan kepada Faraday atau Tesla. Dan kaum Jurnalis selalu mampu menemukan dan membangun order di tengah chaos apapun.
Indonesia adalah suatu sistem elektrik mental di mana penderitaan dan kebahagiaan bisa dikelola menjadi sumber cahaya. Juga keburukan dan kebaikan, kejahatan dan kemuliaan, kesalahan dan kebenaran. Itu yang “Is” gagal paham. Apa saja bisa dipersatukan. Loro-loroning atunggil. Unifikasi. Pancasila lima bisa diperas jadi tiga kemudian satu.
Lantas Sang “Is” minggat dari langit, tinggal dan berkuasa di Bumi selama 1000 tahun. Padahal di Bumi lah Tuhan menciptakan Adam untuk pegang kendaliKhilafah. Makanya kemudian “Is” diperdaya oleh “Iz” yang diasisteni “Sm”, persis seperti Pasukan Kubilai Khan diperdaya oleh Raden Wijaya. “Is” kecolongan. “Iz” mengambil tanah liat di Kabuh Jombang Utara, yang para petugas sebelumnya dihalangi oleh “Is”. Tanah liat itu dipakai untuk membikin patung TapelAdam Khalifah pertama, sebelum dikasih roh dengan tiga kali tiupan: di syahwat,dada dan kepala, sehingga membuat Adamwahing tiga kali.
Sejarah Dunia pun dimulai. Sejumlah makhluk langit ikut turun ke Bumi dan nimbrung melakukan subversi serta diam-diam meng-install, men-setup dan pegangremote control Globalisasi anak turun Adam. Mereka adalah pasukan “Dl” yang menguasai seluruh tata nilai, tata materi sampai tata kelola keuangan dunia. Sekarang era “YM” sedang bergulir. Berikutnya nanti akan tampil “IM”alias “Ms”atau “RA” bahkan “SP” yang diyakini sudah hampir lima tahun ini menjelma di Indonesia. Setelah itu “Ia” dan di puncaknya nanti “Md” yang disamarkan kehadirannya.
Sebenarnya “Dl” sudah menetapkan CEO Masterplan “Al-M” untuk menguasai peradaban dunia sejak awal Masehi, hampir bersamaan “AS” dan “DC” menancapkanInfrastruktur Peradaban Nusantara di Grobogan, tengah Pulau Jawa. Sejak dua milenium yang lalu, intensif sejak 7 abad silam, terutama Bumi bagian Barat dan Utara, CEO “Al-M” beserta seluruh aparatnya sudah menguasai dan mengendalikan sejarah. Jumlah mereka kurang 1% dari hampir 7 miliar penduduk Bumi, dengan IQ rata-rata 140. Sementara mayoritas penghuni planet ini, termasuk saya, rata-rata IQ-nya adalah 80. Grand design mereka adalah “SDSA”.
Tetapi memang minoritas IQ 140 itu selama berabad-abad menentukan hampir semua fundamen nilai kehidupan ummat manusia. Mereka yang mengambil keputusan tentang apa siapa Tuhan atau yang dituhankan untuk kepentingan jangka panjang tertentu. Mereka yang menancapkan patokan nilai tentang kemajuan dan ketertinggalan, tentang regulasi formal benar dan salah, baik dan buruk, indah dan jorok. Yang hidup sukses begini, yang hidup gagal begitu. Yang hebat seperti ini, yang memble seperti itu. Yang pahlawan ini, yang teroris itu. Kaya adalah ini, miskin adalah itu. Ini yang menang, kalau itu kalah.
1% itu yang bikin dan menjalankan desain besar kehidupan ummat manusia di Bumi. Mereka yang menentukan cara berpikir, cara melihat, cara memandang, cara menilai dan cara menyimpulkan segala sesuatu. Diberlakukan untuk 99% penduduk dunia. Mereka yang menentukan sistem jual beli, siasat kekuangan internasional, “bad news is a good news”, penguasaan lahan dan asset, cuci otak pendidikan, Agama materialisme,Madzhab kapitalisme, Thariqatindustrialisme dan Majlis TaklimHedonisme. Bahkan mindset 1% itu juga yang memberi rumusan yang mana yang disebut orang beriman, orang saleh, orang alim. Bahkan definisi Ulama, Kiai atau Uztadz, tidak mengacu ke Kitab Sucinya.
Masterplan global “SDSA” oleh “Dl” menyusun paket-paket “Ta, Sh, P, Li, Ba, On, Pr, Go, Pl, Qo”. 1. Melantik tuhan yang bukan Tuhan. 2. Mendirikan Agama yang bukan karya Tuhan. 3. Membangunratio keselamatan makhluk di luar logiceksistensi dan otoritas absolut Tuhan. 4. Menyebarkan berbagai ideologi dan kontra-ideologi yang sebenarnya dipekerjasamakan untuk satu tujuan. 5. Menyelenggarakan Pendidikan yang merusak keluasan langit dengan kekerdilan bumi, mengubah kedalaman ruang dengan kedangkalan dunia. 6. Mengajarkan tipudaya pada asas keluarga dan tujuan hidup manusia. Memalsukan berita-berita dari para stafnya Tuhan. 7. Mengumukan “Masa Penggelapan” sebagai “Abad Pencerahan”.
8. Merambahkan penjajahan disertai lembaga-lembaga penolong yang seolah-olah melawan, tetapi sesungguhnya berada dalam rangkaian kolonialisme dan imperialisme yang sama. 9. Menyebarkan sihir-sihir pemikiran dan narkoba kebudayaan, melalui lembaga pendidikan, keluarga dan komunitas, yang sekilas memberikan kenyamanan namun menghancurkan regenerasi ummat manusia dalam jangka panjang. 10. Memecah satu Negara adikuasa, untuk memberi kesan berakhirnya perang dingin. 11. Kemudian menceraikan bangsa-bangsa yang sudah berjodoh berabad-abad lamanya.
12. Kemudian Gerakan Musim Semi, berlagak mendemokratisasikan untuk mudah merampas kilang-kilang kekayaan. 13. Menghancurkan entitas sejarah dan identitas bangsa-bangsa itu agar tidak sukar dijadikan jongos, karena toh “Ta, Sh, P, Li, Ba, On, Pr, Go, Pl, Qo” sudah mendomino dan otomatik.
Sebenarnya sejak beberapa tahun yang lalu Indonesia sampai pada gilirannya untuk dilanda Gerakan Musim Semi. Wilayah ini yang dianggap paling mudah oleh “SDSA”, tak harus invasi militer, tak perlu memecah-belah pluralitasnya dan membunuh pemimpinnya, bahkan tak perlu dirayu, disiasati atau diperdaya dengan kelas teori yang canggih. Tetapi bangsa Indonesia adalah bangsa gaib. Tidak mudah merumuskan pandangan hidup bangsa ini tentang menang kalah, tentang martabat, kesejahteraan atau keberhasilan. Mereka tidak sekadar “menang tanpa ngasorake”, menang tanpa merendahkan. Lebih dari itu: bangsa ini seakan-akan sengaja mempertunjukkan diri kepada dunia sebagaibangsa yang tidak masalah untuk dikalahkan dan direndahkan.
Padahal pada saat yang bersamaan, di tengah berlangsungnya masterplan global “Dl”, hari-hari ini berhembus pula badai global baru “YM” yang arusnya adalah“S3J”. “YM” mengejawantah ke kehidupan sekelompok manusia, menggumpal jadi “makhluk laba”. Faktor lain seperti identitas, iman, Agama dan apapun hanya sekunder, asal laba materi. Urusan peradaban, nilai-nilai kebudayaan atau kualitas kepribadian manusia, tidak utama. Fokusnya adalah penguasaan kekayaan keduniaan. Terutama, di tahap sekarang ini: kolonisasi investasi infrastruktur, material konstruksi, kereta api dan jalan raya, mobil, real estate, jaringan listrik, dan besi dan baja. Itu berjalan mulus, sampai-sampai seorang kepala departemen pusat yang kakeknya dulu berasal dari negeri seberang, merasa cemas sehingga datang khusus untuk bertanya: “Apakah Indonesia akan di-Suriah-kan?”
Pertanyaan pembesar resmi NKRI ini mencerminkan pengetahuan dan pengetahuan tentang Gerakan Musim Semi, dengan segala latar belakangnya, bukan tidak benar.
Tetapi apakah Indonesia merasa khawatir? Indonesia justru mengakomodasi atau memangku semua itu. Sejak berabad-abad silam Indonesia selalu mengalah. Meng-Allah. Sejak Sirna Ilang Kertaning Bhumi(1400), Indonesia menyembunyikan dirinya sendiri, menimbun harta bendanya dan menyamarkan kode-kode sejarahnya. Indonesia mempersilakan isi dunia dan asset alamnya dimakan oleh dunia. Pembangunan manusia Indonesia itu intrinsik, mengutamakan perjalanan ke dalam kepribadian dan rohaninya sendiri. Aktivitas manusia Indonesia adalah meningkatkan iman dan taqwa, membangun manusia Indonesia seutuhnya, menjadi Insan Pancasila.
1400 itulah awal proses “Wong Jowo Kari Separo”. Jowo-nya orang Jawa tinggal separo-separo. Karena kalau utuh, terlalu kuat, nanti malah bisa menjadi penjajah dunia, padahal bangsa Indonesia terkenal ramah tamah dan berbudi luhur. Sehingga dipersilahkan “Cino Londo Kari Sak Jodho”. Mereka berdua berjodoh atau bekerja sama di abad 21 untuk menguasai dunia. Barang siapa tidak patuh dan mengikuti policy perjodohan ini, Negaranya akan sengsara. Demikianlah regulasi utama “SDSA”, dan kini mereka diiming-imingi kenikmatan oleh “S3J”.
Tetapi bangsa Indonesia yang asli DNA Nusantara adalah juara tertawa sedunia. Dan ia benar-benar menertawakan semua tanpa kegelisahan atau kecemasan apapun. Baca ulang Mimpi Indonesia 2085: “Sumber daya manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia”. Kurang apa? Kurang jelas bagaimana? Seluruh dunia mengakui kualitas manusia Indonesia. Siapa saja di antara bangsa Indonesia, punya kualitas untuk menjadi Presiden. Dan setiapPresiden Indonesia, pasti levelnya adalah Pemimpin Dunia.
Indonesia tidak takut kepada gelombang “SDSA” maupun badai “S3J”, karena ia sendiri punya masterplan Indonesia Emas. Indonesia punya Jimat Pancasila dan Sokoguru NKRI Harga Mati, bahkan sudah sangat jelas kekuatan kuasa langit di kandungan 7 pusaka masa depan “Impian Indonesia 2015-2085” yang tertera di atas.
Itulah yang bisa saya ungkapkan, tanpa bisa saya mengungkapkan apa-apa yang tidak bisa saya ungkapkan. Semoga kita mulai belajar membaca “ayat-ayat yang tidak difirmankan”. (*/Caknun.com)