Oleh : MW Fauzi, Owner KMJ
Kemarin, Minggu 14 Maret 2021, adalah tepat sebulan Kafe Mang Jaseng (KMJ) beroperasi. Jika hasil performa seluruh kru dinilai, rapornya memang jauh dari gemilang. Tapi menilik kondisi yang masih dilanda dampak pandemi Covid 19 seperti sekarang, apa yang kami lakukan dan peroleh sebulan kemarin rasanya amat patut bahkan wajib disyukuri.
Ya, KMJ memang memberanikan diri untuk beroperasi justru di saat kondisi ekonomi terus memburuk dihantam pandemi. Di saat saya cermati sendiri banyak kafe menurun drastis pengunjungnya atau bahkan gulung tikar, KMJ malah mengawali usahanya.
Ada banyak alasan—secara ekonomis maupun psikologis—mengapa KMJ diluncurkan di saat pandemi belum surut bahkan memburuk. Dari sisi ekonomis, alasan terbesarnya adalah bahwa makan minum itu merupakan kebutuhan utama setiap orang yang harus dipenuhi.
Tak peduli apapun kondisinya, setiap orang harus makan dan minum. Namun mengingat pada saat bersamaan banyak orang juga memilih berhemat dan berdiam diri di rumah, KMJ menyiasatinya dengan membuat menu makanan dan minuman dengan harga sangat terjangkau; makanan beratnya cuma seharga 15 ribu dan jajanan 10 ribu. Untuk minuman ringan dan kopi, bervariasi mulai 5 ribu hingga 18 ribu. Ongkir termahalnya untuk seputaran Kota Serang hanya 10 ribu.
KMJ tentu juga menyediakan sarana untuk makan-minum di tempat.
Bahkan sebulan kemarin setidaknya ada 2 acara ulang tahun, 2 rapat organisasi, dan 4 acara reunian yang digelar di KMJ. Kebetulannya, jumlah peserta acara-acara tadi memenuhi kapasitas KMJ yang sekarang masih hanya untuk 35 tamu. Ketika mau tak mau berada dalam kerumunan inilah salah satu alasan terbesar dari sisi psikologis saya meluncurkan KMJ.
Ya, sejak pandemi melanda awal tahun 2020 silam saya dan keluarga benar-benar dibuat mati kutu. Tak ada keberanian untuk beraktivitas di luar rumah. Bahkan setahun penuh aktivitas saya sebagai jurnalis terhitung berhenti total. Untungnya, saya dianugerahi kemampuan berkreasi.
Meski terus di rumah, saya tetap bisa produktif menjual karikatur atau item untuk kampanye beberapa paslon di pilkada serentak lalu. Tapi tetap saja, hingga akhir tahun 2020 rasa takut terhadap Covid 19 seolah membuat saya kehilangan gairah hidup.
Terus berdiam diri di rumah, di tengah ancaman ekonomi keluarga yang terus memburuk, malah membuat saya merasa stres. Kadar gula darah meningkat, sering pusing, lemes dan ngantukan, mudah marah, hingga badan gatal-gatal, adalah beberapa tanda sahih bahwa stress mulai menghinggapi.
Tentu bukan bermaksud menantang si virus jahanam itu ketika akhirnya di awal 2021 saya mulai merintis pembukaan KMJ. Adalah keinginan untuk bertahan menjaga gairah hidup—sambil berupaya mengais rezeki—yang menjadi alasan keberanian saya. Dengan tetap “memelihara rasa takut terhadap Covid”, yang membuat saya terus mewanti-wanti segenap kru untuk menaati prokes, Alhamdulillah sebulan kemarin semuanya berjalan lancar. Dan semoga kelancaran dalam berikhtiar—terutama dengan disertai anugerah kesehatan ini—terus mewarnai perjalanan KMJ…Aamiin.
Juga menjadi semacam motivasi besar bagi saya manakala secara tak sengaja, 5 dari 7 karyawan serta mitra KMJ adalah para korban PHK akibat dampak pandemi Covid 19. Berjuang bersama mereka dari nol membuat hasrat saya untuk terjun berdagang terus terjaga. KMJ harus sukses karena ada beberapa keluarga mengantungkan hidupnya di sana.
Berdagang juga ternyata menumbuhkan nilai-nilai kearifan tersendiri. Pada materi dan terutama pada kemurahan hati-Nya. Anak-anak saya sekarang jauh lebih menghargai rupiah. Karena mereka sekarang tahu betapa keras usaha untuk mendapatkannya.
Setiap pagi saat menuju KMJ, di tengah ikhtiar, dan setiap kami larut malam pulang ke rumah, kami senantiasa berdoa memohon serta berterimakasih atas limpahan kesehatan, rezeki dan berkah-Nya.
Sahabat KMJ, terus semangat berjuang ya! (***)