Oleh : Nasbrow
Mudik bukan sekadar perjalanan pulang kampung. Ia adalah tradisi yang telah mengakar kuat dalam budaya masyarakat Indonesia. Setiap tahun, terutama menjelang Hari Raya Idulfitri, jutaan orang berbondong-bondong meninggalkan kota tempat mereka bekerja untuk kembali ke kampung halaman.
Mudik adalah momen penuh haru dan kebahagiaan. Di jalanan, berbagai moda transportasi—mulai dari bus, kereta api, kapal, hingga pesawat—dipadati oleh para pemudik yang membawa kerinduan.
Kemacetan panjang di jalan raya atau antrean tiket yang melelahkan bukan menjadi halangan, sebab di ujung perjalanan ada keluarga yang menanti dengan penuh cinta.
Lebih dari sekadar pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain, mudik juga menjadi simbol silaturahmi dan kebersamaan.
Banyak orang rela menempuh perjalanan jauh demi bertemu kembali dengan orang tua, sanak saudara, dan teman lama.
Suasana desa yang asri, masakan khas buatan ibu, serta kenangan masa kecil yang kembali dikenang menjadikan mudik sebagai momen yang tak ternilai harganya.
Namun, di balik kehangatan itu, ada tantangan yang harus dihadapi. Kepadatan arus lalu lintas, tingginya harga tiket, hingga risiko kecelakaan menjadi konsekuensi yang harus diantisipasi.
Oleh karena itu, persiapan yang matang sangat dibutuhkan agar perjalanan mudik berjalan lancar dan aman.
Mudik bukan hanya tentang kembali ke rumah secara fisik, tetapi juga tentang kembali ke akar budaya, nilai-nilai kekeluargaan, dan kebersamaan.
Tradisi ini mengingatkan kita bahwa sejauh apa pun kita merantau, ada tempat yang selalu siap menerima kita dengan hangat—kampung halaman.
#Ramadhan 1446.H/2025. ***