Oleh : Hersubeno Arief
DUA KALI pelaksanaan debat, semakin membuka mata publik siapa sesungguhnya Prabowo Subianto. Dia belum sepenuhnya bermetamorfosa menjadi “politisi sesungguhnya.” Sikapnya membuat timses dan para pendukung frustrasi.
Presiden AS ke-26 Theodore Roosevelt Jr pernah mengingatkan. “Politisi paling sukses adalah mereka yang mengatakan apa yang paling sering dipikirkan orang dengan suara paling keras.
Doktrin ini tidak berlaku bagi Prabowo. Dia punya prinsip yang berbeda. Sikapnya sering bertentangan dengan apa yang dipikirkan oleh banyak orang.
Banyak anggota timses dan pendukungnya kecewa ketika Prabowo menolak menyerang balik Jokowi dalam dua kali debat. Padahal Jokowi dalam setiap debat selalu menyiapkan amunisi untuk menyerang sisi personal Prabowo. Jokowi bahkan tidak peduli datanya salah. Serang dulu, benar salah urusan belakang.
Pada debat pertama cawapres Sandiaga Uno mengaku sudah menyiapkan pertanyaan yang menohok untuk Jokowi. Yakni soal penanganan kasus penyidik KPK Novel Baswedan. Hampir dua tahun berlalu, kasus itu belum juga terungkap.
Isu ini sangat ditakuti Jokowi. Janjinya untuk menuntaskan kasus tersebut tak kunjung terpenuhi. Hanya sepekan sebelum pelaksanaan debat pertama, tiba-tiba Mabes Polri membentuk tim gabungan untuk mengungkap kasus Novel.
Diduga keras pembentukan tim gabungan itu untuk menyelamatkan Jokowi. Topik debat pertama antara lain penegakan hukum. “Terus terang sudah ada dalam note saya, tapi Pak Prabowo bilang jangan,” tutur Sandi.
Sebaliknya Jokowi menyerang Prabowo dengan pertanyaan soal adanya mantan napi koruptor (napikor) yang menjadi caleg Gerindra. Jokowi sendiri menentang keputusan KPU itu. Menurutnya menjadi caleg adalah hak semua warga negara. Sangat aneh ketika dia nekat menyampaikan pertanyaan itu ke Prabowo.
Ironisnya data Jokowi juga salah. Prabowo sebagai Ketua Umum Gerindra tidak pernah menandatangani pencalegan eks napikor. Sebab caleg napikor Gerindra berada di DPRD I dan II. Yang menandatangani pencalegan adalah ketua DPD masing-masing. Di partai pendukung Jokowi juga terdapat banyak caleg eks napikor.
Dalam debat kedua Jokowi kembali menyerang Prabowo secara pribadi. Dia mempertanyakan kepemilikan tanah Prabowo yang sangat luas di Kaltim dan Aceh. Serangan Jokowi salah alamat, karena Prabowo tidak memiliki lahan tersebut. Dia hanya mendapat konsesi sebagai Hak Guna Usaha (HGU).
Serangan Jokowi ini sesungguhnya melanggar aturan KPU. Tidak boleh ada serangan yang bersifat pribadi. Timses Prabowo menyarankan agar dia menyerang balik. Namun Prabowo menolak.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu mengaku termasuk yang menyarankan agar Prabowo menyerang balik.
@saididu saya adalah saksi hidup kesabaran pak @prabowo, karena saya tadi malam maju meminta tidak diam saat masalah pribadi diserang karena sudah 2 kali debat selalu ada serangan pribadi, tetapi beliau tetap tidak mau melakukan cara tidak Etis untuk menyerang yang tidak sopan.
Kesaksian yang sama juga disampaikan oleh Koordinator Jubir Dahnil Anhar Simanjuntak. Di medsos banyak sekali pendukung Prabowo yang marah, dan minta agar menyerang balik. Prabowo bergeming.
Prabowo malah beberapa kali memuji langkah dan kebijakan yang diambil Jokowi. Dia juga menolak untuk menanggapi pernyataan Jokowi ketika menurutnya gagasannya sama dengannya. Cawapres Sandiaga Uno mengaku terkejut karena Prabowo sampai 6 kali memuji Jokowi.
Dalam forum debat semacam itu tidak tempatnya memuji lawan. Para pendukungnya menghendaki Prabowo tampil menyerang. Apapun pernyataan lawan harus diserang. Tapi itulah Prabowo. Dia tidak mau menyerang, apalagi bila semangatnya asal beda.
Rumus Prabowo, seperti kata Sandiaga, apresiasi hal yang baik sudah dilakukan pemerintah, dan koreksi apa yang perlu dikoreksi.
Dengan latar belakangnya sebagai jenderal, Prabowo tampaknya sangat menjunjung tinggi sikap perwira. Dia tidak mau mempermalukan lawan politiknya. Sebagai orang Jawa dia sangat menjunjung tinggi prinsip “menang tanpo ngasorake.” Menang tanpa merendahkan lawan.
Prabowo juga hanya diam dan tidak bereaksi ketika pada debat pertama Jokowi mengaku tidak mengeluarkan dana sama sekali ketika mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI.
Prabowo sangat berjasa meyakinkan Ketua Umum PDIP Megawati untuk mengusung Jokowi. Ketika Megawati mengeluh tak punya dana, Prabowo menyanggupi. Hasyim Djojohadikusumo adik kandung Prabowo mengaku mengeluarkan dana puluhan miliar untuk membantu Jokowi.
Bagi para pendukungnya sikap Prabowo itu sangat mengherankan, bahkan menjengkelkan. Mereka sering frustrasi dengan sikap Prabowo. Tapi itulah Prabowo. Figur yang sering disalahpahami banyak orang. Figur yang sering difitnah dan digambarkan sebagai manusia yang menakutkan.
Seorang yang sangat dekat dengan Prabowo buka rahasia mengapa dia sering terlihat memakai kacamata hitam. Selain untuk membantunya bisa tidur dalam perjalanan, kacamata hitam itu punya fungsi yang tak terduga. Menutupi air mata yang sering jatuh. Dia paling tak bisa menahan kesedihan ketika melihat orang lain menderita.
“Itulah the real Prabowo,” ujar Sandi. (**)
Sumber: https://hersubenoarief.com