Sandi Corona Alias Setan Covid

Oleh : Emha Ainun Nadjib

Coronavirus bertamu ke kita semua di dunia, memasuki rumah-rumah kita bahkan bertempat tinggal di dalam diri sebagian kita. Apakah dia Coronavirus, dan nama resmi di lembaran ID-nya adalah Covid-19. Tak seorang pun dari kita yang pernah menanyakan kepadanya siapa atau apa namanya: kita yang memberinya nama. Berarti kita berlaku sebagai orangtuanya, sehingga kita merasa berhak memberinya “tetenger”, tanda atau panggilan untuk menyebutnya.

Berarti kita sendirilah yang sebenarnya melahirkannya. Ia berasal-usul dari kita sendiri. Terserah apakah melalui kelelawar, kadal atau monyet, tetapi jelas secara tidak sengaja kita sendiri mengakuinya bahwa kita sendirilah orangtua yang melahirkannya.

Sebenarnya sudah ada kakaknya Corona sejak sangat lama di kurun-kurun sejarah ummat manusia sendiri bersama tetangga kita di jagat raya yakni kaum Banujan, anak turun Jaan: itu pluralnya, sedangkan singularnya adalah Jin. Kakaknya Corona itu sudah lama merusak kehidupan ummat manusia, sejak nenek moyang kita paling awal. Bahkan membuat cikal bakal kemakhlukan kita, yakni Bapak Adam dan Ibu Hawa, dihukum sangat berat. Ialah dari sorga yang indah dan absolut dipenjarakan di bumi yang serba relatif.

Kakaknya Corona itu yang membuat manusia bertengkar dan saling bunuh membunuh, hingga tingkat yang besar dan global melalui Perang Dunia-I dan perang Dunia-II. Dia juga yang membuat ummat manusia ditenggelamkan oleh banjir Nuh dua pertiga bumi, gempa terdahsyat di zaman Nabi Luth, badai es tak terukur dingin dan membekukannya di zaman Nabi Hud. Bahkan pernah memusnahkan lebih dari separuh populasi dunia dengan letusan Gunung Toba yang menenggelamkan Negeri Atlantis sehingga kemudian hanya menyisakan potongan-potongan kecil pulau-pulau dari Sri Langka hingga dekat Papua Barat.

Kakaknya Corona itu dikasih nama tidak oleh kita, melainkan oleh Tuhan. Panggilannya adalah “syaithan”, menjadi setan di lidah kita. Tidak sebagaimana Corona, kita ummat manusia bukan pihak yang memberinya nama, sebab kita tidak tegas mengenalinya dan tidak sungguh-sungguh memahaminya. Itu karena manusia rata-rata tidak sportif berpikirnya. Rata-rata orang tahu nama Setan, tapi selalu menuduhnya sebagai makhluk lain yang bukan manusia.

Tuhan menginformasikan, bahwa segala energi, gelombang, dorongan-dorongan abstrak atau gaib yang mengendalikan psikologi manusia itu oleh Tuhan disebut setan. Maka semua anak buah Nabi Muhammad saw dikasih bekal niat dan doa sehari-hari berbunyi “A’udzu billahi minasy-Syaithanirrojim”. Aku berlindung kepada Tuhan dari segala pengaruh, tekanan, dorongan, seretan dan kontaminasi Setan yang Tuhan mengutuknya. Baru kemudian mengerjakan segala sesuatu dengan mendasari hulu perilakunya dengan “Bismillahir Rohmanir Rohim”.

Kemudian “Minal jinnati wannas”. Tuhan menginformasikan lebih lanjut bahwa sumbernya Setan, mata air dan Servernya adalah Jin dan manusia ini sendiri. Mungkin maksudnya semacam ini: malfungsi peralatan jiwa manusia akan melahirkan Setan. Mal-manajemen atau dis-manajemen. Mal-akhlaq. Malhaq dan ketidakjujuran, ketidaktepatan, ketidakbaikan, disproporsi dan improporsi. Walhasil Setan adalah produk kita sendiri dan kaum Jin.

Bahkan kakek moyang Setan, yang awalnya bernama Nail atau Azazil atau Idajil, yang kemudian diberi gelar Iblis karena pembangkangannya terhadap ketentuan Tuhan, oleh wacana ilmu ummat manusia sampai zaman mutakhir dan milenal hari ini — diam-diam diliterasikan sebagai hanya semacam halusinasi, khayal, dongeng atau fiksi. Adik bungsunya Iblis yang manusia menamainya Coronavirus mungkin agak lebih sederhana dan punya peranan yang sangat langsung dan menekan semua ummat manusia di bumi dan membuat mereka paranoid — sehingga wacana manusia mengakuinya sebagai sebuah eksistensi yang riil dan wujud yang nyata meskipun tidak kasat mata.

Para Dokter dan ilmuwan bidang apapun yang terkait, tidak atau belum benar-benar berkenalan dengan Coronavirus kecuali gejala-gejalanya. Posisi pengetahuan manusia itu dhonny, alias kira-kira saja.Wama utitumum minal ílmi illa qalila. Itu kalau menurut Tuhan. Tapi manusia sombongnya bukan main dengan setetes pengetahuan dan segumpal ilmunya. Merasa ahli, pakar, ekspert, mengusai bidang studinya. Tetapi tidak memakai peta bahwa ada qath’iy dan ada dhonny, ada ushuly dan ada nisby. Sangat banyak argumentasi untuk “aba wastakbara”, banyak alasan dan apologi untuk lalai dan tinggi hati.

Maka kenapa ada yang menyebut Coronavirus adalah tentara Allah, mungkin karena Allah bertajalli terus-menerus tapi manusia tidak pernah mempelajarinya, maka Allah menghadirkan kekuasaannya dengan fungsi mengikat manusia, mengurungnya dalam ketakutan yang luar biasa sedunia, menekan dan menyiksa manusia. Mungkin yang dimaksud adalah inna ‘adzabi lasyadid”. Karena sudah setinggi ini ilmu pengetahuan manusia namun tidak menghasilkan “lain syakartum laazidannakum”, maka Allah pakai treatmen dan policy darurat kecil-kecilan: menghadirkan kekuasaan-Nya dengan cara lain yang membuat manusia tidak mungkin mengelak.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.

Kalau Jamaah Maiyah ditanya apa sebenarnya itu Coronavirus, bisa menjawab: “Alif Lam Mim”, “Alif Lam Ro”, “Nun”, “Qaaf”, atau “Kaaaf Ha Ya ‘Ain Shad”. Itu sandi dari Allah yang sedang tersinggung berat kepada manusia. Tetapi Allah as-Shobur. Maha Sabar. Tidak sampai menyuruh Hamalatil-‘Arsy, Malaikat penyangga jagad raya, menggerakkan tangannya sedikit saja dan terjadilah mega-chaos atas kehidupan manusia dan semua makhluk.

Cukup sezarrah makhluk amat kecil, yang manusia lancang menamainya Coronavirus, tanpa ada satu pun yang bertanya kepada Tuhan pengirimnya. Sungguh manusia hobinya nge-klaim, GR, sok tahu sehingga kacau balau sendiri hidupnya. (*/Red)

Emha Ainun Nadjib
Comments (0)
Add Comment