PANDEGLANG – Hutan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), selain menyimpan cerita-cerita mistis yang hingga kini masih dipercayai masyarakat juga menyimpan kisah lain yang tak kalah menariknya.
Di hutan seluas lebih dari 40 ribu hektar yang menjadi habitat utama badak jawa tersebut ternyata terpasang ratusan unit kamera pengintai atau video trap yang digunakan pihak Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dan mitra kerjanya, WWF Indonesia untuk memonitoring badak jawa.
Pemasangan kamera trap sebetulnya sudah dimulai sejak tahun 2010 silam, namun untuk program video trap baru dilakukan 2011 hingga sekarang ini.
Menurut Kepala Balai TNUK, Mamat Rahmat, metode pengamatan dengan video trap merupakan salah satu metode yang digunakan para peneliti untuk mengamati perkembangan dan tingkah laku badak jawa.
“Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengamati perilaku dan perkembangan badak jawa, pengamatan feses (kotoran-red) dan penghitungan jejak diantaranya, dan untuk hasil pengamatan yang lebih maksimal kami menggunakan kamera,” ujar KTN, Minggu (10/9/2017).
Pengamatan dengan menggunakan kamera jebak dirasa lebih efektif, selain lebih mudah melakukan monitoring juga meminimalisir kontak fisik dengan mahluk tersebut.
Metode pengamatan dengan cara ini dimulai dengan pemilihan lokasi yang merupakan tempat yang sering dikunjungi badak jawa, atau yang menjadi daerah konsentrasi badak jawa pada saat akan dilakukannya pemasangan kamera.
Di Taman Nasional Ujung Kulon, lokasi yang teridentifikasi sebagai daerah konsentrasi badak jawa antara lain blok Citadahan, Cikeusik, Cibandawoh, Cigenter,Tanjung Talereng dan Karang Ranjang.
“Pemasangan kamera juga dilakukan di jalur ke tempat makan rumpang (feeding ground-red), jalur ke tempat buang kotoran, badak jawa sering membuang kotoran pada lokasi tertentu, jalur dari dan menuju tempat berkubang dan mandi, kubangan, sungai dan muara dan jalur yang biasa dilewati untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya,” jelas Rahmat.
Sementara untuk teknik pemasangan kamera tersebut, yakni dengan cara diikat pada batang pohon pada ketinggian sekitar 170 cm dari permukaan tanah. Hal ini untuk menghindari sifat agresif badak jawa terhadap kamera video.
Jarak ideal antara video dengan badak jawa antara 5 sampai 8 meter. Jarak tersebut akan mempengaruhi kualitas (ketajaman) gambar yang dihasilkan yang sangat diperlukan dalam proses identifikasi.
Selain itu untuk memastikan badak jawa melintasi areal yang dipasangi kamera, diupayakan membuat kawasan yang steril tanpa perubahan dan penyesuaian dengan kondisi ideal untuk badak jawa.
“Mengurangi aktifitas tim, tidak makan dan tidak merokok di sekitar tempat pemasangan kamera video. Hal ini untuk meminimalisir dampak dari aktifitas tim terhadap kondisi lingkungan di sekitar tempat pemasangan kamera,” tuturnya. (*/Yar)