PANDEGLANG – Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) merupakan salah satu situs warisan dunia yang dilindungi UNESCO. Keasrian dan kekayaan plasma nutfah menjadi daya tarik alami wisatawan untuk berkunjung dan menikmati suasana di semenanjung paling Barat Pulau Jawa tersebut.
Namun ternyata, merdunya kicauan burung dan sejuknya suara gesekan daun, mampu dikalahkan oleh alunan musik dangdut koplo dan suara Via Vallen.
Demam dangdut juga merebak hingga daerah tak berpenghuni tersebut.
Namun ternyata alunan dangdut koplo dan suara lembut Via Vallen malah menjadi sesuatu yang dikeluhkan oleh para pengunjung.
Seperti disampaikan Edi, salah satu tour guide.
Saat mengantarkan tamunya. Ia mengatakan kliennya sangat kecewa dengan banyaknya suara musik.
“Sejak kapan satwa di Peucang suka musik kang edi?” katanya kepada Fakta Banten, sambil menirukan gerutu wisatawan, Rabu (2/5/2018).
Menurutnya, suara musik tersebut berasal dari kapal yang sandar di Pulau Peucang.
“Sekitar jam 5 sore kami tour ke Cidaon berharap bisa melihat Banteng dan Burung Merak, ternyata di dermaga Cidaon ada diskotik juga, tamu saya langsung marah besar karena saat briefing saya sampaikan untuk tidak berbicara saat di Padang Safana,” keluhnya.
“Akhirnya tamu saya memutuskan untuk tidak bermalam di Peucang, karena mereka membayangkan betapa akan berisiknya saat malam nanti, padahal rencana kita akan menikmati sinar bulan saat purnama,” tambahnya.
Dengan adanya kejadian tersebut, ia berharap pihak Taman Nasional Ujung Kulon agar tegas dan tidak membiarkan dentuman musik tersebut mengganggu wisatawan dan satwa di daerah tersebut
“Harapan saya, pihak Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), atau pengelola Pulau Peucang mohon diperjelas konsep dan tujuan wisata di Ujung Kulon, agar kami selaku pemandu wisata bisa memberikan yang terbaik terhadap pengunjung,” harapnya. (*/Asep-UK)