PANDEGLANG – Camat dan Kepala Desa diminta Bupati untuk mengaktifkan kembali kentongan bambu guna memberikan peringatan ketika ada informasi mengenai tsunami.
Hal tersebut dikatakan Bupati Pandeglang, Irna Narulita, saat mengulas kejadian tsunami 22 Desember 2018 yang lalu menghilangkan ratusan jiwa di wilayah Pandeglang.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) diketahui sudah memasang alat sensor di wilayah Gunung Anak Krakatau (GAK) untuk memantau pergerakan gelombang dan cuaca yang disebabkan oleh aktivitas GAK.
Adanya keretakan di GAK yang ditemukan BMKG membuat Bupati Pandeglang merasa khawatir dan segera mengintruksikan Kades dan Camat untuk mengaktifkan kembali kentongan. Sebab alat yang dipasang oleh BMKG akan memberikan informasi jika akan terjadi tsunami karena itu kentongan bambu akan dapat membantu menyampaikan kepada masyarakat agar segera menjauh dari pesisir pantai.
“BMKG sudah pasang alat sensor yang apabila ada gelombang mengalami fluktuasi yang tinggi, sensor itu akan mengirim sinyal ke pusat data yang terhubung, lalu disampaikan ke kami, oleh karena itu saya sampaikan kepada Camat dan Kades agar menyiapkan kentongan di tempat yang strategis untuk berjaga-jaga apabila air kembali naik,” jelasnya.
Selain itu karena keterbatasan anggaran, Pemerintah Kabupaten Pandeglang tidak dapat membantu masyarakat untuk memberikan fasilitas toa guna memberikan peringatan saat akan terjadi tsunami, karena itu ia meminta hal-hal yang biasa dilakukan oleh warga saat ronda kembali diaktifkan demi kepentingan masyarakat banyak.
“Kita tidak punya halo-halo, anggarannya tidak ada untuk menyeluruh, jadi kearifan lokal masyarakat sangat penting untuk saling mengingatkan apabila ada bencana,” tandasnya. (*/Dave)