PANDEGLANG – Malang betul nasib Fitriyani, remaja 15 tahun di Pandeglang, Banten. Semenjak usia 6 bulan, Fitri menderita gizi buruk. Luputnya penanganan karena faktor kemiskinan yang juga melilit keluarga, hingga saat ini Fitri hanya terbujur lemas karena lumpuh total.
Tak terbayangkan oleh kita, di usia yang menganjak masa remaja, gadis malang ini hanya menghabiskan hari-harinya di atas kasur. Hanya beberapa jam kesempatan baginya merasakan kebersamaan dengan sanak keluarga, bapaknya Otoh Suryadi dan kedua adiknya yang masih duduk di sekolah dasar.
“Fitri ini hanya bisa makan bubur bayi kemasan dan susu, kalau makanan lain tidak bisa masuk, pasti muntah,” ujar Otoh dengan mata berkaca-kaca saat tim program Dompet Dhuafa Banten menyambangi kediamannya, (15/4/2017) lalu.
Cerita duka rupanya tak selesai sampai di situ, Fitri dan kedua adiknya ternyata sudah piatu. Sang ibu, Saebah meninggal dunia saat Fitri berusia 7 tahun karena kanker payudara yang menggerogoti tubuh almarhumah. Saebah meninggal persis sepulangnya Fitri berobat dari RSUD Pandeglang dan akan menuju RSCM Jakarta untuk pengobatan lebih lanjut.
Kini, sang ayahlah yang mengurus Fitri seorang diri. Sementara kedua adik Fitri, Roji dan Nunung bersekolah di kelas 5 dan kelas 2 SD. Hal ini diakui Otoh membuat ujian ini semakin terasa berat. Namun tekadnya masih kuat untuk tetap melanjutkan sekolah anak-anaknya meski terhimpit biaya hidup yang sangat sulit.
Duka menggantung jelas di kedua bola mata Otoh. Kalimatnya terbata-bata, “setiap dini hari Fitri pasti menangis karena lapar, sementara kalau lagi tidak punya uang susu dan bubur tidak tersedia, saya hanya bisa pasrah dan tawakal saja,” ucapnya lirih.
Ya, Otohlah kini yang menjadi ayah sekaligus ibu bagi Fitri dan adik-adiknya. Beruntungnya, Otoh tak patah semangat enjalankan peran gandanya sebagai orangtua, mencari nafkah menyiapkan sarapan dan memasak untuk kebutuhan sehari- hari–meski tak jarang hanya makan pakai garam.
“Saya harus kuat mengurus Fitri serta adik-adiknya, takdir Fitri memang harus seperti ini, tapi saya tak mau mengemis,” ungkap Otoh kali ini dengan air mata yang berlinang.
Keluarga Fitriyani tinggal di Kampung Talun, Desa Jiput, Kecamatan Jiput, Kabupaten Pandeglang, Banten di sebuah gubuk yang sudah reot. Menempuh perjalanan 2,5 jam dari Serang tidak menyurutkan langkah untuk bisa melihat kondisi Firtri.
Pada silaturahmi kali ini, Dompet Dhuafa Banten memberikan bekal titipan dari para donatur untuk keluarga Fitri selama sebulan. Mari peduli akan kondisi Fitri dan saudara-saudara kita yang lain yang bernasib tak semujur kita.
Nasib malang tak hanya menghampiri Fitri di Pandeglang. Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Serang mencatat, angka penderita gizi buruk di ibukota Provinsi Banten pun mengalami peningkatan, dari jumlah sebelumnya 66 orang penderita, kini menjadi 88 orang penderita gizi buruk.
Tahun 2015, ada 54 balita yang menderita gizi buruk. Namun, 2016 bertambah menjadi 86 balita. Sementara, balita yang menderita gizi kurang di Kota Serang saat ini mencapai 1.000 lebih.
Melihat kenyataan pahit ini, Dompet Dhuafa mengajak masyarakat turut aktif berkontribusi menanggulangi gizi buruk yang kembali marak di Banten.
“Saatnya kita kembali bergerak bersama. Saatnya kita kembali bergandeng tangan. Tugas ini sudah menjadi kewajiban kita sebagai sesama manusia. Terlebih, pemandangan mengiris hati ini terpampang jelas di depan mata kita. Korban-korbannya adalah tetannga kita, saudara kita,” ujar Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Banten, Abdurrhaman Usman, Selasa (18/4).
Dompet Dhuafa menggulirkan kampanye #BersamaLawanGiziBuruk dengan membuka kanal donasi untuk Fitriyani dan dhuafa penderita gizi buruk di Banten. Donasi dapat disalurkan melalui transfer ke BCA 245.4000.551 atau BSM 146.006.4444 a.n. Yayasan Dompet Dhuafa Republika.
“Kami tak ingin bergerak sendiri. Mari kita bantu sebisa kita. Selain via transfer, donatur juga kami mudahkan dengan layanan jemput donasi. Silakan hubungi nomor layanan kami di 0859 6655 3585,” pungkasnya. (*)