Kesyahbandaran Sebut 3 Perusahaan Harus Bertanggungjawab Soal Tumpahan Batu Bara di Perairan Pulau Popole

 

PANDEGLANG – Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) adalah unit pelaksana teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuhan yang berlokasi di Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Novian Antoni Kesyahbandaran menyebabkan, ada 3 perusahaan yang harus bertanggungjawab soal kandasnya Kapal Tongkang yang membawa muatan Batu Bara dari arah Palembang menuju PLTU Banten 2 Labuan.

Diantaranya yaitu kapal tongkang dari PT TLP (PT Trans Logistik Perkasa), batu bara dari PT SWE (PT Sinar Wijaya Energi) kemudian transportirnya charter dari PT SIS (Srikandi Indah Sentosa).

“Jadi ketiga perusahaan itulah yang harus bertanggungjawab atas insiden yang terjadi pada Kapal Tongkang TB Titan 27/BG 14, yang membawa muatan Batu Bara yang saat ini kandas di perairan selat sunda yang tak jauh dari Pulau Popole,” katanya kepada faktabanten.co.id saat ditemui di Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuhan, Senin, (23/12/2024).

Lebih lanjut Antoni menjelaskan, kapal tongkang TB Titan 27/BG 14, yang membawa muatan batu bara dan terjadi tumpah di perairan Selat Sunda itu pada 2 Desember 2024,

“Saya mengetahui informasi kapal tongkang akan kandas itu sekitar Pukul 06.00 WIB, setelah itu saya mencoba melakukan komunikasi dengan pihak nakhoda kapal,” ungkapnya.

Selain itu, pihaknya langsung mempertanyakan kepada kapten karena kapal tersebut terlihat dari kantor itu mulai terombang ambing saat di monitor dari darat.

“Apakah benar kapal ini dalam posisi tidak aman atau kandas hal itu dibenarkan oleh pihak kapal, karena sore itu akan menuju masuk ke Jetty PLTU Banten 2 Labuan. Namun lebih mengutamakan untuk membawa kru kapal untuk keselamatan jiwa,” jelasnya.

Tidak hanya itu, pihaknya menyampaikan, terus bagaimana dengan posisi kapal tongkang saat pihak nakhoda melakukan evakuasi masuk ke Jetty PLTU Banten 2 Labuan.

“Tongkang kami sudah lego jangkar sekitar tiga segel dengan ke dalaman 75 meter artinya mereka nakhoda memastikan itu mudah-mudahan aman dalam kondisi lego jangkar,” terangnya.

Kemudian pihak Kesyahbandaran terus melakukan komunikasi dan menekankan kepada kapten tolong apa bila nanti malam ataupun cuaca mulai sudah membaik untuk di monitoring lagi.

“Saya sampaikan kepada kapten terkait posisi kapal tongkang, apakah masih aman atau tidak. Namun itu dapat dipastikan aman, pihak nakhoda sementara itu mengamankan kru kapal ke dalam Jetty PLTU, dan pada saat itu saya masih standby di moring Popole,” tuturnya.

Bahkan pihaknya melihat kondisi kapal tongkang pada malam itu sekitar Pukul 09.00-11.00 WIB, saat itu terjadi angin dan hujan deras, bahkan ia monitor lagi untuk menyampaikan ke kapten perkiraan kapal tersebut masih bisa di monitor tidak dari daratan.

“Karena saya sudah tidak bisa memantau dikarenakan posisi gelap gulita tidak ada penerangan untuk bisa melihat langsung ke arah kapal tongkang karena cuaca juga kurang baik, bahkan nakhoda pun sama tidak bisa monitor karena cuacanya semakin buruk,” paparnya.

Pihaknya menyarankan kepada pihak nakhoda yang penting untuk tetap melakukan monitor kondisi kapal tersebut, apapun yang terjadi nanti tolong di informasikan kembali.

“Pihak nakhoda akan selalu memberikan informasi ke pihak Syahbandar, kami pun menunggu informasi. Kemudian pada pukul 11.00 WIB, saya pulang ke kantor untuk melaporkan hasil monitoring saya kepada teman-teman di kantor terkait kondisi TB Titan 27/BG Titan 14,” pungkasnya.

Sebelum terjadi kandas kapal tongkang itu masih terlihat terang biarpun pada saat itu turun hujan yang disertai angin, biarpun terlihat tongkang seperti terombang ambing dekat Pulau Popole dan posisi tugboat itu terlihat lari.

“Makanya dengan inisiatif saya monitor langsung ke nakhoda, karena meraka mengalami kondisi cuaca buruk. Artinya bagaimana saya mau bawa tugboat karena kondisi kami saja sudah berbenturan dengan tongkang,” pungkasnya.

Pada saat kejadian kandas kapal tongkang tersebut ia meminta pihak perusahaan kapal atau nakhoda untuk membuat laporan kecelakaan dan dilampirkan berita acara sebagai kronologis dari kejadian.

“Kemudian kita panggil kru kapal untuk dimintai keterangan buat laporan ke Dirjen Perhubungan Laut melalui Puskodal (Pusat Komandan Pengendalian) Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP),” ungkapnya.

Kemudian pihaknya memanggil pemilik kapal dengan PLTU Banten 2 Labuan, dan kedua belah pihak datang untuk memenuhi panggilan.

“Artinya disana kita berkoordinasi dengan pemilik kapal dan PLTU, dan pemilik kapal membenarkan bahwa kapalnya kandas dan kami arahkan untuk segera membuat laporan kepada instansi terkait yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pandeglang, itupun dibantu oleh pihak PLTU untuk melaporkan tentang kecelakaan kapal, karena disitu ada kaitan muatan batu bara,” tandasnya.

Setelah itu, pihak Kesyahbandaran bersama institusi terkait melakukan koordinasi dengan Polairud, Angkatan Laut, Syahbandar, Muspika Labuan, Polsek, Koramil dan Kepala Desa Cigondang.

“Kami menanyakan sampai sejauh mana tahapan evakuasi dari pemilik kapal tongkang dan pemilik barang batu bara dan kami mendorong untuk segera dilakukan penanganan baik itu kapal maupun tumpahan batu bara,” tukasnya.

Adapun terkait penanganan tumpahan batu bara disitu ada peran DLH Pandeglang yang dapat menjelaskan, seberapa jauh tumpahan tersebut mungkin ada sistematis sendiri dari pihak DLH.

“Mungkin untuk menghitung tentang kerusakan lingkungan dan tumpahan batu bara itu ada peran DLH dan ada kewenangan dari pemilik barang batu bara, pemilik kapal serta dari charter,” katanya.

Kesyahbandaran hanya mendorong kepada pihak perusahaan untuk melakukan evakuasi kerangka Kapal dan tumpahan batu bara.

“Nanti barang ini mau dikuasakan ke siapa kami tidak berwenang kearah situ, yang kami harapkan lingkungan itu bersih dan kerangka kapal bisa di evakuasi,” harapnya.

Saat ini monitor untuk batu bara sudah tidak ada yang diatas kapal tongkang, kemudian untuk masalah kapal nya itu pihaknya mendapatkan informasi dari pihak surveyor dari perusahaan Kapal, bahwa kapal itu terdapat patahan Iga dibagian tengah dan ada kebocoran.

“Bahkan setboard kapal sudah jatuh ke laut, jadi kapal ini sudah mengalami kerusakan yang cukup parah,” katanya.

Untuk masalah evakuasi dari pihak surveyor ini sudah melakukan survei ke lokasi, namun mereka masih mempelajari teknis apa yang akan dilakukan dalam evakuasi ini karena mengingat cuaca juga masih kurang baik.

“Mereka juga menunggu cuaca benar-benar bagus dan metode perusahaan Salvage ini pekerjaannya seperti apa. Kami juga tanya siapa yang akan mengerjakan dari pihak perusahaan Salvage, namun masih menunggu keputusan dari pimpinan perusahaan Kapal,” paparnya.

Sementara itu, Nanda Perwakilan dari PT TLP (PT Trans Logistik Perkasa) selaku pemilik kapal tongkang, Nanda mengatakan, kalau kapal itu karam karena faktor cuaca buruk.

“Kalau memang nanti sudah membaik maka akan kita tarik. Serta akan membersihkan batu bara yang di tepi pantai bersama-sama dengan masyarakat,” ungkapnya usai acara di Kantor Pemerintahan Desa Cigondang, Kecamatan Labuan bersama warga. (*/Riel)

Comments (0)
Add Comment