PANDEGLANG – Konsentrasi badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) secara statistik tidak merata penyebarannya, hal ini disebabkan beberapa faktor, diketahui sebaran populasi badak jawa paling banyak ada di wilayah Selatan TNUK.
Saat ini pemanfaatan ruang oleh badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon masih belum maksimal dan ketimpangan persentase pembagian homerange antara Selatan dan Utara
Hampir 70 persen badak jawa menurut Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK), Mamat Rahmat, memilih tinggal di wilayah Selatan, yakni blok Cibunar hingga Aer Mokla.
Ada beberapa faktor yang membuat badak jawa memilih wilayah Selatan sebagai habitat preferensialnya. Menurut Mamat, garam adalah salah satu alasannya.
“Menurut hasil petakan dari hasil kajian yang saya buat, yang menjadi alasan suatu daerah menjadi habitat preferensial badak jawa adalah habitat-habitat yang dalam yang ada intruksi air laut karena apa, karena kandungan garam, jadi badak itu cenderung hidup di suatu tempat karena kandungan garam mineral, makanya kenapa badak ini lebih banyak tinggal di pantai Selatan,” jelas Kepala BTNUK, Mamat Rahmat, Kamis (14/9/2017).
Selain intruksi air laut melalui sungai, ternyata kadar salinitas garam yang terinduksi ke dedaunan di wilayah Selatan juga sangat tinggi.
“Angin dari pantai Selatan membawa butiran garam mineral di daun dan mengabsorbsinya sehingga kandungan garamnya cukup tinggi di beberapa wilayah bahkan konsentrasi garam pada daun dan batang pohon hingga 500 meter ke darat,” ujar Kepala BTNUK.
Ketersediaan dan kekayaan jenis pakan di wilayah Selatan Taman Nasional Ujung Kulon juga menjadi faktor lainnya yang membuat wilayah yang jarang dikunjungi manusia tersebut menjadi habitat preferensial bagi mamalia raksasa itu.
“Kenapa mereka tinggal disana karena makanannya banyak dan mengandung garam, selain itu di sana sumber mata air dan sungai juga mengandung garam,” imbuhnya.
Saat ini populasi individu badak jawa di dunia tersisa 63 ekor (tahun 2015) dan hanya terdapat di hutan Taman Nasional Ujung Kulon, berbagai upaya tengah diupayakan banyak pihak untuk melindungi salah satu mahluk purba ini.
Beberapa upaya yang kini tengah dilakukan adalah manajemen habitat, proteksi kawasan dan second habitat yang saat ini sedang diriset dan dipersiapkan.
Habitat preferensial lainnya menjadi penting untuk keberlangsungan hidup badak jawa, mengingat saat ini berbagai faktor tengah mengancam eksistensi badak jawa di muka bumi.
Tak hanya dari faktor alam, minimnya genetik antar individu badak jawa di Ujung Kulon berpotensi terjadi inbreeding karena perkawinan sedarah.
Inbreeding akan membuat keturunan badak jawa lemah dan berpenyakit sehingga kepunahannya dikhawatirkan akan semakin cepat. (*/yar)