PANDEGLANG – Sampah yang sudah masuk ke dalam Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kabupaten Pandeglang ke depannya akan disulap menjadi tempat pengolahan bahan bakar jemputan padat.
Dalam pelaksanaannya, Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang akan menggandeng pihak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Banten 2 Labuan.
“Kami meminta kerja sama dengan PLTU yang punya file projek untuk menggunakan Bahan Bakar Jemputan Padat (BBJP),” ungkap Kepala Bidang Persampahan DLH Pandeglang Asep Wawan, Kamis (28/07/2022).
Lebih lanjut, Asep Wawan menjelaskan bahwa pengolahan BBPJ tersebut tentu butuh mesin pengolahnya.
Dan mesin yang sudah dimiliki oleh Pemerintah Kota Cilegon itu disebutkan oleh Asep Wawan, adalah milik Corporate Social Responsibility (CSR) PLN Cilegon yang di bawah Koordinator Indonesia Power (IP).
Selain itu, dijelaskan juga oleh Asep Wawan bahwa salah satu bahan dasar utama BBJP tersebut ialah plastik, yang dari masing-masing kebutuhannya untuk anorganik sendiri itu sekitar 20 persen, sedangkan untuk yang organiknya 80 persen.
“Jadi untuk mereduksi timbulan sampah di Cilegon itu seperti itu,” tambahnya.
Melihat kemajuan Kota Cilegon tersebut itulah, Bupati Pandeglang Irna Narulita akhirnya tertarik untuk menerapkannya di Kabupaten Pandeglang.
“Makanya kami menggandeng PLTU untuk mensegerakan penggunaan bahan bakar jemputan padat yang dari TPA kita,” ungkapnya.
Karena Asep Wawan melihat, di satu sisi TPA di Pandeglang ke depannya akan tereduksi timbulan sampahnya, dan salah satu cara untuk memperpanjang usia TPA adalah dengan mendorong kerja sama dengan pihak PLTU tersebut.
Hasil sampah yang sudah masuk ke salah satu TPA yang ada di Pandeglang, nantinya akan digunakan untuk bahan bakar boiler ataupun pengganti batu bara.
Lebih lanjut ia menjelaskan, bahwa kebetulan boiler yang biasanya digunakan oleh PLTU Banten 2 Labuan tersebut ditoleransi kurang lebih sampai 6 persen untuk bahan bakar selain bahan bakar fosil.
“Nah itu diperlukan, selama kalorinya diangka 4.000 sampai 6.000 kalori. Artinya sama mirip dengan bahan bakar fosil dengan harga tentunya dibawah standar bahan bakar fosil,” bebernya.
Ia juga berharap semoga kendala untuk membuat mesin pengolah yang cukup mahal tersebut dapat segera diatasi oleh pihak Pemda Pandeglang, dan tindaklanjuti kerjasama dengan pihak PLTU Banten 2 Labuan juga bisa segera terealisasikan.
“Namun saat ini kita masih terkendala dengan mesin pengolahnya, karena harga mesin tersebut cukup mahal sekitar 10 miliar. Kemaren kalau tidak salah investasi di Kota Cilegon dengan PLTU Suralaya sekitar 17 miliaran,” pungkasnya. (*/Mukhlas)