PANDEGLANG – Ulama sepuh Nahdlatul Ulama (NU) asal Kabupaten Pandeglang, Banten, Abuya Muhtadi, disebut menetapkan awal bulan puasa atau tanggal 1 Ramadhan 1444 Hijriyah yakni pada 24 Maret 2023.
Abuya Muhtadi ternyata memiliki hitungan tersendiri dalam menentukan penanggalan bulan Qomariyah.
Selain awal Ramadhan, Abuya Muhtadi juga menetapkan tanggal 1 Syawal 1444 Hijriyah atau hari raya Idul Fitri tahun ini pada 23 April 2023.
Menurut Asisten Pribadi Abuya Muhtadi, Nazaruddin Chaidir, hitungan untuk penentuan awal Ramadhan dilakukan dengan menggenapkan bulan Syakban 1444 H menjadi 30 hari.
Dari hitungan metode hisab, Abuya Muhtadi meyakini waktu magrib pada malam Kamis (22/3/2023), menunjukkan tinggi hilal 8 derajat, sehingga belum masuk kriteria.
“Kami menggunakan kriteria 21 derajat waktu magrib malam Jumat, dengan kata lain menyempurnakan bilangan Syakban 30 hari,” ujat Nazaruddin Chaidir, Selasa (21/3/2023).
“Jadi awal Ramadan tahun 1444 Hijriyah jatuh pada magrib malam Jumat dan Idul Fitri jatuh pada hari Minggu (23 April) atas dasar istikmal (menyempurnakan bilangan Ramadhan 30 hari) dan ikhtiyat,” imbuhnya.
Nazaruddin juga menyebut penetapan awal Ramadhan kali ini juga bersamaan dengan hitungan kalender Nusantara Aji Saka.
“Itu bersamaan dengan hitungan kalender Nusantara Aji Saka yaitu Aboge tahun HA 1956 bulan Ramadhan jatuh pada hari Jumat dan Syawal jatuh pada hari Minggu,” jelasnya.
Perwakilan Abuya Muhtadi ini berharap perbedaan penetapan awal Ramadhan dan Idul Fitri kali ini tidak menyebabkan masalah menjadi keruh antar umat Islam.
“Saling menghargai satu sama lain, semua ada punya hitungan masing-masing, cara masing-masing dalam menghitung hisab,” ujarnya.
Sementara diketahui, Pemerintah menetapkan awal Ramadhan melalui Sidang Isbat yang digelar pada Rabu (22/3/2023) petang ini, dengan diawali dengan pemantauan hilal di seluruh wilayah Indonesia. (*/Rijal)