JAKARTA – Sempat digadang-gadang sebagai sosok calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) alternatif, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi kini mengalami penurunan elektabilitas. Menurut Direktur Riset Median, Sudarto, faktor tunggal yang membuat elektabilitas TGB turun drastis adalah sikap politiknya sendiri.
TGB memilih menyeberang untuk mendukung Joko Widodo memimpin dua periode dibanding mendukung adanya pergantian presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Tidak tanggung-tanggung dari hasil survei Median saat ini, TGB hanya meraih angka 0,2 persen.
Angka tersebut mengalami penurunan cukup dratis dibanding survei sebelumnya pada April lalu, yakni sebesar 2,5 persen. “Penjelasannya tidak lain dan tidak bukan karena masyarakat relatif tidak suka dengan kebijakan Pak TGB yang menyeberang ke Pak Jokowi. Padahal, sebelumnya beliau menjadi tokoh sentral di barisannya Pak Prabowo dan pendukung Islam politik,” ujar Sudarto menjelaskan, di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (23/7).
Akibat dari sikap politiknya itu, lanjut Sudarto, banyak responden yang tidak suka. Apalagi, pernyataan politiknya tersebut menjadi satu bola yang membesar di media sosial. Dan, di media-media mainstrem, TGB juga diberitakan banyak-banyak sehingga memengaruhi elektabilitasnya. Sebelumnya, memang TGB dipandang sebagai sosok ulama muda, berpotensi besar, tidak hanya di NTB, tapi juga di Indonesia.
“Begitu Pak TGB menyeberang ke Pak Jokowi, ada banyak orang yang kecewa. Apalagi, basis massa terbesarnya kalau menurut saya ada di kalangan Islam bukan di regional, dalam hal ini NTB, tempat dia berkuasa,” tuturnya.
Selanjutnya jika diskenariokan TGB menjadi cawapres pendamping Joko Widodo, elektabilitasnya tidak tinggi, hanya 33,5 persen. Bahkan, angka tersebut lebih kecil dibandingkan skenario bila Joko Widodo berpasangan dengan Budi Gunawan yang mencapai angka 37,9 persen. Sementara, yang tertinggi adalah duet Joko Widodo dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebesar 42,6 persen.
Sebelumnya, TGB menegaskan dukungannya kepada Presiden Joko Widodo bersifat personal. TGB mengaku, mendukung Jokowi setelah ia melihat kinerja Joko Widodo selama dua tahun menjabat sebagai presiden. Bahkan, dia menilai, Joko Widodo konsisten dan berkomitmen mengeksekusi rencana pembangunan. Pernyataannya itu juga menuai polemik di internal Partai Demokrat yang membesarkannya karena sejauh ini partainya belum menentukan sikap terkait Pilpres 2019.
“Semata karena pertimbangan maslahat bangsa, umat, dan akal sehat agar pembangunan yang tengah berjalan di seluruh penjuru bisa dituntaskan dengan maksimal sesuai hajat masyarakat,” ujar TGB beberapa waktu lalu. (*/Republika.co.id)