SERANG – BMKG memastikan kenaikan gelombang laut yang terjadi di pesisir Anyer, Banten dan Lampung merupakan bencana tsunami. Meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau diduga menyebabkan longsoran yang memicu bencana tsunami.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut pola tsunami Anyer mirip dengan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala pada 28 September lalu. “Kami butuh waktu analisis apakah kenaikan itu air pasang fenomena atmosfer. Ada gelombang tinggi dan bulan purnama, namun ternyata kami analisis gelombang itu merupakan gelombang tsunami. Tipe polanya mirip gelombang tsunami Palu,” kata Dwikorita dalam konferensi pers di kantor BMKG, Jakarta, Minggu (23/12/2018).
“Periodenya pendek-pendek seperti di Palu, akibat longsor,” tambah Dwikorita.
Meski demikian, BMKG bersama Badan Geologi masih perlu mengumpulkan lebih banyak data untuk memastikan longsoran yang timbul akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau. “Besok pagi kami mengumpulan data lagi apakah benar itu longsor,” imbuhnya.
Untuk diketahui, bencana gempa dan tsunami di Palu diawali dengan guncangan berkekuatan 7,4 magnitudo. Tsunami yang timbul setelahnya disebabkan oleh longsoran sedimen bawah laut akibat aktivitas tektonik. Kenaikan air laut saat itu menyapu daratan sejauh 3 kilometer dari bibir pantai. (*/Kumparan)