SERANG – Meningkatnya harga beras di pasaran awal tahun 2018 ini membuat masyarakat panik, harga eceran yang melonjak hingga 50 persen semakin mencekik rakyat.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Banten bersama instansi lain telah melaksanakan operasi pasar dan berupaya menekan harga hingga turun menyentuh harga eceran tertinggi (HET).
“Selama seminggu, Disperindag terus sampai hari ini dan setiap hari yang dìkoordinasikan dengan Bulog menggelontorkan beras medium dengan harga Rp 9.300/kg di bawah HET pemerintah R p9.450,” ujar Kepala Disperindag Banten Babar Suharso, Rabu (17/1/2018).
Belum berlimpahnya hasil produksi beras di Banten membuat stok di pasaran masih harus dipasok dari luar daerah, padahal secara perkapita capaian produksi gabah lokal sangat melimpah, hal ini disebabkan karena gabah lokal tidak diolah di daerah.
“Gabah dari petani bisa dibeli oleh pihak produsen manapun, karena mekanisme pasar, harga tertinggi yg akan dapat menyerap gabah, tapi karena saat ini situasi pasokan beras kurang, maka kami himbau kepada petani melalui dinas pertanian agar diprioritaskan ke produsen lokal,” ucap Babar.
Ia berharap, agar gabah lokal tidak dibawa ke luar Banten, hal ini guna membuat produksi beras di daerah bisa menjamin stok beras di pasaran, sehingga harga beras bisa lebih stabil.
“Pada beberapa daerah di Pandeglang, Serang, dan Lebak sedang ada panen, kami berkoordinasi dgn dinas pertanian agar gabah petani hasil panen dimaksimalkan untuk dijual kepada produsen beras lokal,” pungkasnya.(*/Yosep)