Humas Kampus Unsera Sebut Literasi Media di Sekolah Sangat Penting, Ini Alasannya

 

SERANG – Literasi media di Indonesia masih menjadi tantangan besar.

Hal itu disampaikan oleh Liza Diniarizky Putri, Humas dari Universitas Serang Raya (Unsera), pada saat dirinya menjadi pemateri dalam kegiatan Literasi Media untuk kepala sekolah SD-SMP se-Kota Serang yang digelar di Taman Wisata MBS Kota Serang, oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Banten.

Kata Liza, berdasarkan data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya mencapai 0,001 persen.

“Artinya, dari 1.000 orang, hanya satu yang memiliki minat baca yang tinggi. Data lainnya dari AJI (Asosiasi Jurnalis Indonesia) menyebutkan bahwa 25,7 persen masyarakat Indonesia memiliki literasi media yang rendah, bahkan ada 5 persen yang tidak memiliki kemampuan literasi media sama sekali,” jelas Liza.

Sebagai dosen sekaligus Humas dari Unsera, Liza menyampaikan kekhawatirannya terhadap fenomena ini dihadapan para guru-guru dari berbagai sekolah SD, SMP yang ada di Kota Serang.

“Media saat ini tidak semuanya menyampaikan fakta, dan itu yang perlu kita waspadai. Anak didik kita harus diajarkan untuk tidak langsung percaya pada informasi yang mereka baca atau lihat di media, maka dari itu literasi media sangat penting,” ujar Liza.

Menurut Liza, rendahnya literasi media berdampak pada mudahnya masyarakat terpengaruh oleh berita palsu dan narasi yang tidak benar.

Sebagai solusinya, ia menekankan pentingnya pendidikan literasi media sejak dini untuk membangun generasi yang lebih kritis dan cerdas dalam mengonsumsi informasi.

“Bapak dan ibu bisa mulai membangun kebiasaan literasi ini di lingkungan sekolah masing-masing. Edukasi ini sangat penting agar anak-anak tidak menjadi korban misinformasi,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Liza juga menyoroti peran institusi pendidikan tinggi, termasuk Unsera, dalam mengatasi persoalan ini.

Ia membagikan pengalamannya saat menjadi humas di Unsera, di mana media sosial universitas awalnya tidak konsisten dalam memberikan informasi.

Namun, melalui upaya kolaborasi dengan media lokal dan peningkatan konten yang berimbang, Unsera berhasil membangun brand image yang kuat.

“Kami pernah mengalami situasi sulit saat terjadi demo mahasiswa. Tapi, alih-alih terpengaruh sentimen negatif, kami memilih meng-counter isu tersebut dengan narasi positif di media. Hasilnya, feedback justru menguntungkan kami,” ungkap Liza.

Dengan rendahnya literasi media di Indonesia, peran semua pihak menjadi sangat penting. Kolaborasi antara guru, institusi pendidikan, dan media lokal diperlukan untuk membangun masyarakat yang lebih sadar informasi.

“Terus membangun hubungan yang baik, bersinergi, dan menjaga komitmen adalah kunci keberhasilan kita bersama,” tutupnya. (*/Hery)

Comments (0)
Add Comment